Kalau Allah sudah berkehendak, siapa sih yang bisa menolak? ^__^
Abah dan Emak tinggal di sebuah desa yang cukup terpencil. Setiap hari, mereka bekerja membuat tempe untuk kemudian Abah menjualnya ke pasar. Jualan tempe merupakan satu-satunya sumber pendapatan mereka untuk bertahan hidup.
Abah dan Emak tinggal di sebuah desa yang cukup terpencil. Setiap hari, mereka bekerja membuat tempe untuk kemudian Abah menjualnya ke pasar. Jualan tempe merupakan satu-satunya sumber pendapatan mereka untuk bertahan hidup.
Pada satu pagi, Abah jatuh sakit, Emak
pun mengambil alih tugas menjual tempe. Saat tengah bersiap-siap untuk
pergi ke pasar menjual tempenya, tiba-tiba Emak sadar bahwa tempe
buatannya hari itu masih belum matang, masih separah jadi.
Emak merasa sangat sedih karena tempe
yang masih muda dan belum matang pastinya tidak akan laku. Itu artinya,
untuk hari itu, mereka tidak akan mendapatkan pemasukan. Ketika Emak
dalam kesedihan, tiba-tiba Abah mengingatkan Emak bahwa Allah Swt mampu
melakukan perkara-perkara ajaib karena tiada yang mustahil bagi-Nya.
Emak pun mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, "Ya Allah, aku mohon kepada-Mu agar
kacang kedelai ini menjadi tempe, amin." Begitulah doa ringkas yang
dipanjatkan dengan sepenuh hatinya. Emak sangat yakin Allah pasti
mengabulkan doanya.
Dengan tenang, Emak pun menekan-nekan
bungkusan bakal tempe dengan ujung jarinya. Emak pun membuka sedikit
bungkusan itu untuk menyaksikan keajaiban kacang kedelai itu menjadi
tempe. Emak termenung seketika sebab kacang itu masih tetap
kacangkedelai yang belum matang benar.
Namun, Emak tidak putus asa.
Dia berpikir mungkin doanya kurang jelas didengar oleh Allah. Emak pun
mengangkat kedua tangannya kembali dan berdoa lagi, "Ya Allah, aku tahu
bahwa tiada yang mustahil bagi-Mu. Bantulah aku supaya hari ini aku
dapat menjual tempe karena inilah mata pencarian kami. Aku mohon,
jadikanlah kacang kedelaiku ini menjadi tempe, amin."
Dengan penuh harapan, Emak pun sekali
lagi membuka sedikit bungkusan itu. Apakah yang terjadi? Emak menjadi
heran sebab kacang-kacang kedelai itu ... masih tetap seperti semula!
Hari pun semakin siang. Artinya, pasar pun sudah ramai didatangi pembeli. Emak tetap tidak kecewa atas
doanya yang belum terkabul. Berbekal keyakinan yang sangat tinggi, Emak
memaksakan diri untuk tetap pergi ke pasar membawa barang jualannya
itu. Emak berpikir, mungkin keajaiban Allah akan terjadi dalam
perjalanannya ke pasar.
Dia pun berangkat ke pasar. Semua
perlengkapan untuk menjual tempe, seperti biasa, dibawa bersama. Sebelum
keluar dari rumah, Emak sempat mengangkat kedua tangannya untuk berdoa,
"Ya Allah, aku percaya, Engkau akan mengabulkan doaku. Sementara, aku
berjalan menuju ke pasar, karuniakanlah keajaiban ini
buatku, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe, amin." Dengan penuh
keyakinan, wanita tua ini pun berangkat. Di sepanjang perjalanan, dia
tetap tidak lupa membaca doa di dalam hatinya.
Sesampai di pasar, cepat-cepat, Emak
meletakkan barang-barangnya. Emak betul-betul yakin kalau tempenya
sekarang sudah benar-benar matang dan siap untuk dijual. Dengan hati
yang berdebar-debar, Emak pun membuka bakulnya dan menekan-nekan dengan
jarinya setiap bungkusan yang ada.
Perlahan-lahan, Emak membuka sedikit daun pembungkusnya dan melihat
isinya. Apa yang terjadi? Tempenya benar-benar tidak berubah, masih
seperti semula!
Emak menarik napas dalam-dalam. Harapan dikabulkan-nya doa
perlahan menipis. Emak merasa Allah tidak adil. Allah tidak kasihan
kepadanya. Inilah satu-satunya sumber penghasilannya: berjualan tempe.
Dia pun hanya duduk saja tanpa membuka
barang dagangannya itu sebab dia yakin bahwa tiada orang yang akan
membeli tempe yang baru setengah jadi. Hari pun beranjak petang dan
pasar sudah mulai sepi, para pembeli sudah mulai berkurang.
Emak melihat para penjual tempe lainnya,
jualan mereka sudah hampir habis. Emak tertunduk lesu seperti tidak
sanggup menghadapi kenyataan bahwa dia pulang tanpa membawa hasil
jualannya hari itu.
Namun, jauh di sudut hatinya, Emak masih
menaruh harapan terakhir kepada Allah, pasti Allah akan menolongnya.
Walau tahu bahwa hari itu dia tidak akan mendapatkan pendapatan
langsung, tetapi Emak berdoa untuk terakhir kali "Ya Allah, berikanlah
penyelesaian terbaik terhadap tempeku yang belum jadi ini."
Tiba-tiba, Emak dikejutkan oleh teguran
seorang wanita. "Bu ...! Maaf ya, saya ingin bertanya, apakah Ibu
menjual tempe yang belum jadi? Dari tadi, saya sudah pusing berkeliling
pasar ini untuk mencarinya, tapi tidak ketemu juga."
Emak langsung termenung, seakan tak
percaya dengan apa yang didengarnya. Betapa tidak terkejut, sejak
sepuluh tahun dia menjual tempe, tidak pernah ada seorang pun pelanggan
yang mencari tempe belum jadi.
Sebelum Emak menjawab sapaan wanita di
depannya itu, cepat-cepat Emak berdoa di dalam hatinya "Ya Allah, saat
ini aku tidak mau tempe ini menjadi matang. Biarlah kacang kedelai ini
tetap seperti semula, amin."
Sebelum menjawab wanita itu, Emak pun
membuka sedikit daun penutupnya. Alangkah senangnya hati Emak, ternyata
memang benar, tempenya masih seperti semula! Hati Emak pun bersorak
gembira. "Alhamdulillah," ucapnya.
Wanita itu pun memborong semua tempenya
yang belum jadi itu. Sebelum wanita itu pergi, Emak sempat bertanya
mengapa dia membeli tempe yang belum jadi. Wanita itu menerangkan bahwa
anaknya yang tengah sekolah di Inggris ingin makan tempe dari desa.
Karena tempe itu akan dikirimkan ke
tempat anaknya itu, si Ibu pun membeli tempe yang belum jadi.
Harapannya, apabila sampai di Eropa nanti, akan menjadi tempe yang
sempurna. Kalau dikirimkan tempe yang sudah jadi, sesampainya di sana,
tempe itu sudah tidak enak lagi dimakan.
Demi Allah, tiada seorang pun yang
berbaik sangka kepada Allah, melainkan pasti akan memberikan kepadanya
apa yang dia sangkakan. Sebab, semua kebaikan itu ada dalam genggaman
Allah. Maka apabila Allah sudah memberi husnuzan-Nya, berarti Allah akan
memberi apa yang disangkakannya itu. (Abdullah bin Mas'ud)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar