Foto: Aryan Danil
Mirza. BR (kiri) & Deris Astriawan (kanan)
|
Banyak
cara yang dilakukan oleh Mahasiswa Unila dalam mengisi liburan semester ganjil
ini, salah satunya seperti cara unik yang dilakukan oleh dua Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi angkatan 2012, Yaitu Aryan Danil Mirza. BR dan Deris
astriawan. Keduanya memilih mengisi liburan semester dengan mengikuti Student
Exchange Program To Malaysia 2014. Kegiatan yang diinisiasi oleh
Universiti Malaya, yang tidak lain merupakan Universitas top nomor satu di Malaysia
ini diselenggarakan sebagai wujud pengenalan sistem akademik dan kebudayaan Malaysia.
Awalnya keduanya tidak menyangka
dapat lolos dalam seleksi kegiatan berskala Internasional ini. Banyaknya
peserta yang mengikuti test ditambah dengan rumitnya alur test yang harus
dilewati menjadikan keduanya pesimis mampu lolos dalam proses seleksi tersebut.
Namun Berbekal kemampuan bahasa Inggris dan
pengalaman organisasi di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas keguruan dan Ilmu
Pendidikan, akhirnya keduanya dapat terpilih sebagai peserta kegiatan di kuala
Lumpur Malaysia ini bersama dengan dua orang mahasiswa Unila lainnya yaitu
Ahmad khairudin syam (Gubernur FMIPA) dan Muhammad Akbar (Menkominfotek BEM U).
Bagi Aryan sejatinya
kesempatan ini Sungguh merupakan suatu karunia dan nikmat Allah yang sangat
besar. Bagaimana tidak, jikalau satu tahun lalu Ia dibuat Iri bukan kepalang
menyaksikan salah seorang mahasiswa Unila angkatan 2011 berangkat untuk Student
Exchange ke Australia. Hingga ia berazam dalam dirinya bahwa satu tahun ke
depan dirinyalah yang mesti merasakan euforia pengalaman berharga tersebut. Dan
Alhamdulillah azam tersebut kini telah terwujud. Maka nikmat tuhan manalagikah
yang akan kita dustakan?
Bersama Ketua PPI (Persatuan
Pelajar Idonesia)
Universiti Malaysia (Kaos Orange) |
Lain Aryan, lain pula deris.
Mahasiswa berkacama satu ini dulu tidak begitu senang mengikuti kegiatan
organisasi semasa di sekolahnya. Namun semenjak kuliah di Unila, maindsetnya berubah 180 derajat hingga kini
menjadi seorang aktifis kampus. Dan ternyata pilihannya berbuah manis. Berkat hasil
menimba pengalaman berorganisasi tersebutlah yang menghantarkanya kepada
kesempatan emas ini. Namun tetap
bagaimana seapik mungkin Ia mesti menyeimbangkan porsi antara kuliah dan
organisasi. Dan untungnya kegiatan Student Exchang ke Malaysia ini
diselenggarakan bertepatan dengan masa liburan semester ganjil di kampus. Sehingga
tidak mengganngu proses perkuliahan.
Selama di Malaysia, keduanya
mendapat banyak pelajaran berharga. Di antaranya adalah dalam pengajaran sistem
akademik, Ternyata Malayasia telah menerapkan kewajiban penggunaan bahasa
Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah mulai dari jenjang dasar, menengah
hingga tinggi. Adapun bahasa melayu dilarang digunakan di kelas. Hal inilah
yang melatar belakangi banyaknya kata dalam bahasa Malaysia yang merupakan
serapan dari bahasa inggris. Selain itu, kita dapat dengan mudah menjumpai di
sudut sudut perbelanjaan, sebagian besar Penjaga tokonya yang notabene hanya
lulusan sekolah menengah namun mampu fasih berbicara bahasa inggris. Hal yang
sangat langka kita jumpai di Negara kita ini.
Bersama Ketua Majelis
Perwakilan Pelajar (semacam Presiden BEM)
Universiti Malaya (Kemeja Hitam di
tengah)
|
Dari sisi kebudayaan, Secara garis besar malaysia mempunyai 3 etnis, yaitu etnis
melayu, cina dan india yang masing masing hidup rukun disatukan semboyan satu
malaysia. Sedikit mirip dengan semboyan indonesia bhineka tunggal ika, namun Beginilah
multi kulturalnya Malaysia dibangun. Salah satu Hal yang mungkin sulit kita dapati di Indonesia, yaitu Di Kuala
Lumpur Malaysia terdapat kawasan Little India, salah satunya di Brickfields
dekat KL sentral. Ketika mengunjungi lokasi ini maka jangan heran jika suguhan
yang terdapat di depan mata semua berbau India, mulai dari bangunan di sepanang
jalan, Bau Makanan, lagu nyanyian hingga video yang diputarpun semua bernuansa
India. Hingga sampai sampai kita akan merasa sedang berada di India, dan bukan
Malaysia. Begitu pula halnya kawasan Chinatown, kita akan disuguhi suasana negeri
tiongkok lengkap dengan Barongsainya.
Secara
geopolitis, Malaysia merupakan Negara berkembang yang memiliki kekurangan
penduduk. Hal ini berbanding terbalik dengan Indonesia yang diprediksi akan
mengalami ledakan penduduk dalam jumlah besar pada 2025 nanti. Yang mana bila
hal ini tidak ditata dengan baik maka akan menjadi bumerang tersendiri bagi
Negara kita. Kita ingat bagaimana pada tahun 1980 s/d 1990an Malaysia
mendatangkan Guru guru asal Indonesia dalam jumlah yang masif, turut pula di
dalamnya banyak Alumni kampus FKIP Unila kita. Namun kini kita lihat bagaimana
Malaysia mampu mengakselarisasikan perkembangan penduduknya hingga rata rata Pemuda
Malaysia mengenyam pendidikan tinggi. Dan kini Malaysia banyak mendatangkan pekerja
kasar, seperti buruh bangunan, Pelayan warung makan, Petugas kebersihan serta
pembantu rumah tangga dari negara Indonesia. Miris memang kenyataannya.
Menara Kembar Petronas (Ikon Negara Malaysia) |
Yah memang jika
dibandingkan antara Malaysia dan Indonesia pasti terdapat kelebihan dan
kekurangan di masing masing pihak. Begitu
pula pengalaman selama mengikuti kegiatan Student exchange tidak selamanya
manis seperti. Terdapat juga hal yang kurang menyenangkan, seperti halnya soal
cita rasa makanan yang sedikit berbeda dengan kuliner negeri ini. Mahasiswa
Asal Indonesia saja disana butuh proses adaptasi lidah selama kurang lebih satu
tahun.
Semoga
pengalaman ini dapat menginspirasi kawan kawan Mahasiswa yang lain!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar