Bismillah..Perkenalkan nama saya Emaridial Ulza, anak kampung yang
berada di perbatasan Provinsi jambi dengan Sumatera Barat (Kabupaten
Kerinci). Saya adalah seorang pemimpi yang luar
biasa kawan, setelah didiagnosis orang GAGAL.heh. Entahlah kawan. Saya
tidak tahu kenapa gagal selalu datang dalam hidup saya seakan tidak
ingin pergi di dalam hidup saya, sedih memang, tapi itulah kenyataanya
kawan….
Saya sangat memimpikan seperti sahabat-sahabat yang sudah mendapatkan
beasiswa keluar negeri, Mereka adalah orang-orang yang luar biasa,
masih ingat ketika itu saya membaca kisah hidup sahabat kita dari tukang
parkir bisa kuliah ke Amerika,
Guru sekaligus motivator mas Taufik Efendi peraih 8 beasiswa meskipun
beliau mempunyai kekurangan,banyak lagi lainnya yang tidak bisa saya
sebut satu persatu. Namun pada intinya kawan, dari sanalah saya
membulatkan tekad .. saya harus SEPERTI MEREKA.
Biarkan saya sedikit menceritakan kisah hidup kegagalan saya kawan sebelum saya menginjakan kaki
ke Negeri Beruang Putih ini. Ketika itu , saya adalah anak-anak
remaja SMP seperti biasanya kawan , bermain, pacaran, dan tambahannya
kalau di kampung . Kami pergi ke ladang (lahan bercocok tanam petani)
untuk mencari uang tambahan dan juga terkadang bermain, makan di bawah
pohon-pohon yang rindang. Kawan.., mengenai keluarga saya, saya adalah
anak kedua dari dua bersaudara . Ayah saya sudah meninggal ketika saya
masih kecil ,bahkan saya tidak pernah tahu dan belum merasakan melihat
beliau (saya hanya melihat beliau melalui foto)
. Walaupun seperti itu kawan, saya bangga dan bahagia mempunyai Ibu
yang sangat luar biasa dalam hidup saya, kakak saya, kakek, nenek, dll.
Keluarga saya sangat memanjakan saya apalagi kakek saya, apapun yang
saya inginkan selalu dikabulkan walaupun itu harus menjual barang
kesayangan beliau, maka dari itulah saya sangat dekat dengan kakek saya.
Kakek saya sama sekali tidak pernah memarahi saya, saya selalu dibela
jika ada yang memarahi saya, kawan.. Kakek saya adalah Kepala Desa
Teladan di kabupaten saya, pada zaman Orde baru, Kakek saya juga
merupakan orang pertama di kampung halaman saya yang menginjakan kaki di
JAKARTA, dan orang pertama di kabupaten saya yang berjabat tangan
dengan Presiden Soeharto ketika itu (kakek saya diundang ke Istana
Negara atas prestasinya).
Beliau selalu menceritakan kepada saya tentang
sebuah mimpi Kawan.. Mimpi yang bagi orang kampung saya akan dikatakan
seperti orang gila. Kenapa tidak, kakek saya selalu menanamkan dalam
pikiran saya hal yang tidak akan pernah mungkin saya lupakan. “Suatu
saat pergi lah keluar negeri Ulza. Tuntutlah ilmu di sana,nah di kertas ini
tulislah mimpi mu. Jadilah orang yang membangkitkan batang terapung di
keluarga ini dan biarkanlah Allah yang menjadi saksinya”. Maka di hari
bersejarah itu, saya tuliskan mimpi – mimpi saya di sebuah kertas lusuh
pemberian kakek saya kawan.. Ada 150 mimpi yang saya tulis, diantaranya ,
kuliah keluar negeri, bekerja di televisi, penulis buku ,dan menjadi
ketua Osis. Ketika itu kawan, saya tidak terlalu serius, hanya ingin
membahagiakan kakek saya saja, kertas itu saya simpan dan tersusun rapi
di lemari saya karena sebuah nama yang namanya waktu.
Mengenai ibu saya kawan.., beliau adalah wanita terkuat yang pernah
saya tahu di atas dunia ini kawan. Beliau hanya lah seorang wanita
tamatan sekolah menengah pertama bahkan dikatakan belum sempat tamat
kawan, hanya sebatas kelas dua . Karena ketika itu beliau dinikahkan
oleh kakek saya (dulu tradisi di kampung saya wanita tidak penting
sekolah, cukup hanya Sekolah Dasar mereka sudah dicarikan suami). Namun
jangan salah kawan, kalau masalah hitung-menghitung beliau adalah
jagonya. Wajar saja karena kami memang mempunyai warung kecil-kecilan
warisan kakek saya ketika ayah saya meninggal. Dan semenjak ayah saya
meninggal, sudah banyak orang yang datang bermaksud untuk menikahi ibu
saya. Namun beliau selalu menolak. Entah kenapa dan beliau selalu
tersenyum jika selalu saya tanyakan kenapa ibu menolak?.
Ibu saya adalah
orang yang sangat “cuek” tidak terlalu memusingkan sesuatu, namun
sangat cekatan dalam mengurus segala sesuatu yang namanya masyarakat,
darah ini turun dari kakek saya. Bahkan saya melihat, beliau cuek dengan
anaknya, dan sangat perhatian dengan masyakarat, terutama majelis
taklim yang beliau ikuti. Karena beliau sekretaris yang tidak pernah
diganti dari tahun ke tahun , entah kenapa, ini juga sampai sekarang
saya tidak tahu. Namun dibalik teka –teki itu semua, saya tahu cinta
beliau kepada kami sangatlah besar. Terbukti beliau berhasil
menyekolahkan kedua anaknya sampai sarjana.
Kawan, hari demi hari di saat saya memasuki kelas 3 SMP saya
terpilih menjadi ketua OSIS sekaligus ketua kelas 3B serta juga
memecahkan rekor saya berturut dari kelas 1 SD – 3 SMP selalu ditunjuk
menjadi Ketua Kelas. Namun dari sinilah awal cerita sebuah kegagalan
Kawan. Ketika itu kawan, persiapan Ujian Akhir Nasional, saya dengan
percaya dirinya mengisi lembaran jawaban Ujian Akhir Nasional dan selalu
orang pertama selama 3 hari ujian yang cepat selesai. Soal –soal ketika
itu saya anggap gampang, (maklum saja saya selalu memasuki 5 besar dari
SD – SMP). Setelah mengikuti ujian, dan satu bulan berikutnya nomor
kami keluar, dan semua dinyatakan Lulus. Namun Kawan, nilai saya paling
buruk dari semua peserta ujian di sekolah saya. Betapa malunya saya
kawan. Kenapa tidak, seorang Ketua OSIS dan peringkat 5 besar menjadi
“juru kunci”.
Dan parahnya lagi mimpi saya untuk melanjutkan sekolah di
kota terancam pupus mengingat standar nilai yang diterima di sekolah
tersebut. Jangankan untuk diterima di sekolah kota, di kampung saja
belum tentu dinyatakan lulus. Benar saja Kawan, saya dinyatakan tidak
diterima di SMA 1 Air-Hangat di kampung saya. Hancur, dan hampir gila
ketika itu. Bagaimana mungkin bisa kuliah ke luar negeri , sekolah di
kampung saja tidak lulus, terlebih lagi teman-teman dan masyarakat yang
selalu memberikan sendiran.. “ehh.. katanya mau kuliah ke luar negeri,
jangan mimpi tinggi-tinggilah..cagi gilo (nanti bisa gila)”.
Dalam batin saya menangis dan hampir satu bulan saya malu untuk
keluar rumah. Lagi-lagi kakek saya ini bak seorang malaikat, memberikan
semangat kepada saya kawan. Ketika itu kakek saya sengaja membawa saya
ke lading. Beliau sengaja menenangkan diri saya ketika itu. ”Biarlah
orang mengatakan kamu seperti itu, tapi bagi Kakek kamu tetaplah orang
yang terbaik, ambil hikmah dari semua ini, dan jangan berhenti untuk
mengejar mimpimu nak. Buktikan saja dengan tindakan, bukan dengan
kata-kata, suatu saat insyaallah mereka akan mengerti dan memahami,
Nyanten (panggilan kakek di kampung saya) selalu mendo’akan, karena
kehendak Allah itu pasti, dan tidak akan ada yang mampu menghalanginya,
jika saja gunung hendak Allah pindahkan, maka gunung itu akan berpindah.
Niatkan saja, bulatkan tekadmu, insyallah akan menjadi nyata”.
Kata-kata itu selalu saya ingat sampai dengan sekarang kawan. Saya
memberanikan diri untuk bergaul dengan teman-teman satu angkatan saya
yang memang sudah mulai menikmati masa SMA nya. Banyak ejek-ejekan dari
teman –teman saya. “Katanya mau kuliah keluar negeri, SMA saja kamu
tidak lulus”. Ada rasa marah, iri, dan rasa sedih kawan ketika itu,
namun saya mencoba menerima dengan lapang dada. Karena memang ketika itu
tidak ada jawaban yang bisa saya berikan. Saya diterima di sekolah SMA
kampung saya dengan membeli bangku sekolah (istilah lain dari sogokan
yang diminta SMA saya ketika itu, mengingat kelas yang tidak ada lagi
dan bangku sekolah yang tidak cukup). Inilah Kegagalan pertama saya
Kawan.
Berjalannya waktu, saya sudah menikmati masa sekolah yang indah di
SMA, saya mendapatkan banyak teman baru , pengalaman baru dan hal-hal
baru yang indah di masa itu. Namun pada akhirnya kawan, sebagai seorang
yang masih dalam masa pubertas , saya terlena dengan semua yang di masa
sekolah itu. Saya gagal masuk 10 besar dari 30 orang dalam satu kelas,
malahan yang ada saya berada di peringkat 22 dari 30 siswa dalam satu
kelas. Saya terlena dengan kegiatan organisasi (walaupun saya gagal
menjadi ketua OSIS SMA) saya berhasil menjadi Ketua Palang Merah Remaja
(PMR) se-kabupaten Kerinci, saya terlena setelah mengenal wanita cantik
yang sudah merubah seluruh hidup saya, melawan orang tua, menghabiskan
banyak uang dengan meminta ,dan terkadang saya juga mencuri uang kakek
saya . Ini adalah masa-masa tersulit dan masa yang tidak pernah saya
lupakan kawan.
Allah memang Maha Luar Biasa kawan.. saya kembali ditegur dengan
sebuah kegagalan, saya gagal lulus masuk universitas , ketika itu ada
dua universitas besar incaran saya yakni IPB dan UNPAD. Kedua-duanya
saya dinyatakan tidak lulus, sedih memang kawan, namun apa mau dikata
karena memang itulah kenyataannya ketika itu. Dan pada akhirnya saya
hanya berhasil menembus universitas negeri lainnya dengan jurusan yang
tidak saya sukai dan masih asing bagi saya yakni Ekonomi. Memang seperti
itulah dasarnya kawan, karena memang di kampung saya sekolah (kuliah)
keguruan adalah jurusan favorit dan menjadi kebanggan sendiri untuk
keluarga jika anaknya kuliah di Fakultas Keguruan karena nantinya mereka
bisa menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil Pemerintah) termasuk Ibu saya
ketika itu.
Namun satu kali lagi kakek kebanggaan saya ini meyakinkan diri saya.
Beliau mengajak berkumpul satu keluarga, kakak saya, ibu saya, dan nenek
saya. Ketika itu adalah momen yang tidak pernah akan saya lupakan
“Semua jurusan itu bagus,tergantung dari kita bagaimana untuk
menyikapinya, ini adalah pilihan Allah yang harus kita dukung, biarlah
ia kuliah dengan jurusan ini, mari kita do’akan bersama bahwa ini yang
terbaik, masalah uang kuliahnya insyaallah ada jalan”, ujar kakek saya.
Maka kami berdo’a bersama.
Besoknya sebelum berangkat ke Kota Jambi,
universitas tujuan saya kuliah. Kakek saya menyampaikan pesan khusus
kepada saya, “Kamu adalah harapan satu-satunya di keluarga ini yang
diharapkan bisa membawa manfaat buat orang banyak, ibumu memang tamatan
SMP. Maka kamu harus buktikan bahwa anaknya bisa menjadi
sarjana,janganlah kecewakan keluarga dan orang banyak , buktikanlah
pilihan Allah ini adalah yang terbaik, buktikan kepada semua orang
dengan bukti yang nyata. Berusahalah di atas rata-rata, jangan pernah
ragu Nak. Wujudkan lah mimpi-mimpi itu, yang sudah pernah kita tulis
bersama .” Pesan itu sungguh luar biasa kawan, air mata tidak terasa
terjatuh di atas tangan saya yang mengenggam kertas lusuh mimpi itu
kawan. Dan saat itulah kawan, saya membulatkan tekad, akan mulai
mewujudkan mimpi-mimpi di kertas lusuh itu.
Hari demi hari di Universitas Jambi, saya berhasil mencoret satu
persatu mimpi saya kawan walaupun disertai dengan kegagalan namun itu
akan menjadi indah pada waktunya. Pada semester satu IPK saya hanya 3.00
, dan semester berikutnya, IPK saya tembus pada angka 3.90. Yang
tadinya saya masih dikirim uang kuliah oleh ibu saya, tepat pada
semester 4 saya berhasil mencoret mimpi saya yang berikutnya yakni
membiayai kuliah sendiri dengan bekerja di salah satu televisi lokal di
Jambi, menjadi seorang presenter. Sebelum bekerja di televisi , saya
pernah berjualan sayur untuk membiayai kuliah saya, karena memang ibu
saya mengirim uang pas-pasan untuk biaya hidup saya. Namun disaat saya
mulai sibuk untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya, saya terpukul dengan
kematian kakek saya. Beliau tidak sempat menyaksikan saya berada di
layar televisi, beliau tidak sempat menyaksikan saya sebagai mahasiswa
lulusan tercepat dengan Indek Prestasi cum laude.
Saya terpukul tidak bisa mendengar suara terakhir kakek saya sebelum
menghembuskan napas terakhir. Namun saya yakin disaat saya berada di
bangku paling depan wisuda dan maju ke depan, kakek saya melihat dengan
nyata bahwa “Kamu berhasil nak “. Saya membayangkan kakek saya berada di
deretan bangku orang tua bersama Ibu saya, bahwa mimpi yang pernah kita
tuliskan bersama sudah terwujud satu persatu.
Akhirnya tibalah saya pada mimpi saya berikutnya kawan, saya
memandangi kertas lusuh itu, terbayang jelas wajah serius kakek saya
ketika kami merancang mimpi-mimpi itu,salah satunya yakni kuliah
(belajar) keluar negeri. Saya bingung kawan, salah satu syarat untuk
kuliah ke luar negeri, dosen saya mengatakan kita harus mampu bahasa
inggris. Saya, jangankan mampu, dengar nama bahasa inggris saja saya
bisa stress. Namun karena semangat mimpi di kertas lusuh itu, saya
mencari banyak informasi tentang beasiswa ke luar negeri di sela
pekerjaan saya, mulai dari menanyakan kepada senior-senior yang sudah
pernah belajar di sana, mengikuti pameran pendidikan, dan mencari di
internet Dari semua informasi yang saya dapat, bahasa Inggris mutlak untuk diketahui jika ingin kuliah ke luar negeri.
Hari demi hari terlena dengan informasi, saya mendapatkan informasi
beasiswa pertukaran pelajar dari Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Saya
memberanikan diri untuk ikut, saya berpikir dulu, sebelum saya mengikuti
test beasiswa yang sesungguhnya ada baiknya saya mencari pengalaman.
Dengan tekad dan semangat tanpa bekal, saya akan menaklukkan beasiswa
ini. Namun kawan, beasiswa ini mensyaratkan TOEFL 450. Bagi saya, ini
sangat berat kawan, karena pada saat saya mengikuti test TOEFL pertama
untuk syarat sidang skripsi, TOEFL saya hanya 390.
Namun karena sudah
terlanjur berada di ruangan untuk test tertulis bahasa Inggris dan
nantinya tulisan tersebut harus dipresentasikan di depan dewan juri ,
maka saya pasrah dan memikirkan cara lain,bagaimana menyampaikan hasil
persentasi dengan bahasa Indonesia. Ketika giliran saya , juri dengan
wajah yang agak kurang mengenakan menanyakan saya dalam bahasa Inggris,
dan jujur saya tidak mengerti sama sekali, dan dengan nada yang agak
keras juri itu mengatakan, “Disini bukan tempat orang bodoh pak, kita
mencari pemuda-pemuda berbakat, maaf , anda bisa datang lain kali” .
Saya sadar kemampuan saya, dan saya berusaha untuk tenang ketika itu,
maka saya lontarkan sebuah kata ajaib ketika itu, “Terima kasih atas
motivasi ini ibu, saya berjanji pada diri saya sendiri dengan disaksikan
oleh Allah dan ibu – dewan juri disini, satu tahun ke depan saya sudah
berada di luar negeri”.
Dengan langkah mantap dan menahan sesak di dada, saya pulang dengan
misi baru . Satu tahun ini harus belajar keluar negeri. Hari demi hari,
saya memutuskan berhenti bekerja, dan fokus dengan mimpi saya, banyak
sekali ejekan dari teman-teman, keluarga, ketika saya memutuskan untuk
berhenti bekerja. Mereka mengatakan terlalu naïf saya dengan mimpi itu,
orang kampung seperti saya tidak akan mampu dan tidak akan mungkin
kuliah keluar negeri, untuk kuliah di Kota Jambi saja sudah susah,
apalagi keluar negeri. Hati saya benar-benar bergejolak ketika itu
kawan, namun saya terlalu teringat kata-kata kakek saya tentang mimpi
–mimpi yang kami rancang itu, akhirnya saya membulatkan tekad keluar dan
mengasingkan diri lebih kurang 5 bulan. Saya memutuskan meninggalkan
jambi, tidak buka FB, Twitter, dan media sosial lainnya, saya hanya
berhubungan dengan ibu saya dan keluarga, saya memutuskan berangkat ke
Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.
Berkat Allah, do’a ibu saya, kerja keras saya, keyakinan, setelah
belajar dari Kampung Inggris, saya mengikuti test TOEFL IBT . Saya
berhasil mendapat skor 115. Dan kemudian saya mendaftar beberapa
beasiswa dan berhasil mendapatkannya, salah satunya beasiswa kampus dari
International Islamic University Malaysia Jurusan Master of Science in
Marketing , beasiswa dari Nilai University Malaysia jurusan Master of
Business Administration (Beasiswa ini dari pemerintah Provinsi Jambi
karena Nilai University hanya menggratiskan biaya kuliah) dan kemudian
saya juga berhasil mendapat beasiswa dari pemerintah Brunei Darussalam
dan terakhir dari Pemerintah Russia.
Saya berhasil menjadi salah satu dari 15 orang penerima beasiswa Russia
tahun 2013 dari banyak pelamar beasiswa ini. Berada pada urutan pertama
dari 15 orang tersebut, dan pada akhirnya quota beasiswa Russia
ditambah menjadi 50 orang. Dari beasiswa yang saya apply
tersebut, saya akhirnya memilih untuk kuliah ke Russia dengan beasiswa
dari pemerintah Russia dan juga beasiswa LPDP serta beasiswa dari
pemerintah Provinsi Jambi.
Beasiswa Russia sangat unik karena memang pemerintah Russia hanya
memberikan uang saku sekitar 200$ per bulan (baru naik tahun 2014), atas
dasar itulah presiden Russia – melalui perjuangan teman-teman PERMIRA
(Persatuan Pelajar Russia) dan juga Duta Besar Indonesia – memberikan
tambahan beasiswa dari Indonesia melalui beasiswa LPDP, dan khusus saya
sebagai putra daerah jambi mendapat tambahan uang saku dari pemerintah
Provinsi Jambi. Saya berhasil membuktikan mimpi saya kepada orang-orang
yang meremehkan saya, dari yang mengatakan saya gila, tidak mungkin,
mustahil , anak kampung, dan terakhir julukan orang bodoh dari juri
seleksi beasiswa pertukaran pelajar . Dan yang pastinya kawan saya
berhasil mencoret mimpi ke – 70 saya, yakni kuliah keluar negeri. Dan
satu lagi saya berhasil membuktikan kepada juri dalam waktu hanya 5
bulan Allah mengabulkan mimpi saya bukan hanya satu beasiswa,namun
bertubi-tubi kawan.
Saya bukan lah orang pintar kawan. Saya hanya orang biasa, yang
pernah dinyatakan gagal diterima di SMA kampung dan anak nakal pernah
mencuri uang kakeknya sendiri. Namun kawan, ada hal yang harus kita
sadari, bahwa tidak ada orang bodoh di dunia ini yang ada hanya kita
malas untuk berbuat, dan malas untuk berubah. Jangan mudah menyerah
dengan apa yang dikatakan orang. Jadikan itu sebagai cambuk semangat
kita untuk membuktikan bahwa kita mampu dan kita bisa.
Tepat pada tanggal 30 September 2013 dengan dilepas oleh ibu saya dan
kakak saya di Bandara Soekarno-Hatta , saya meninggalkan kampung
halaman saya menuju Negeri Beruang Putih ini, negara yang dikenal
berkuasa saat masih bernama Uni soviet, negara yang dikenal
kebesaraannya yang membentang di bumi ini.
Setelah berada di Russia, saya pergi ke sebuah taman dengan membawa
kertas lusuh pemberian kakek saya, saya coret mimpi ke-70 saya
kawan…mimpi yang saya pernah saya rancang bersama kakek saya. Tepat di
bawah salju dengan suhu -19 derajat celcius , mengenakan baju batik
kesayangan kakek saya, sambil berkata “Terima kasih Ya Allah…, terima
kasih atas semuanya, semoga kakek saya mendapat tempat terbaik di sisiMu
ya Allah, dan kabulkan cita-cita beliau yang ingin mencium wajah
Rasulullah.”
Dan terakhir biarkan saya mengutip kata dari Merry Riana bahwa :
“Banyak Pemimpi yang awalnya ditertawakan sampai dibilang gila. Semua
akhirnya bungkam setelah melihat mimpi mereka jadi kenyataan“. Ketika
teman-teman saya berpikir untuk memulai kuliah dengan bersenang-senang,
saya kuliah sambil bekerja. Ketika teman-teman berpikir mencari kerja,
saya sudah pernah bekerja. Ketika teman-teman saya berpikir untuk bisa
terbang ke Jakarta, saya sudah berada di Russia. Sungguh seorang
pemenang itu hadir satu langkah lebih dulu dari yang lainnya, Maha besar
Allah atas segala kehendaknya,“. (Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan? – AL-RAHMAN:36).
Russia, 3 Januari 2013, Dibawah suhu -15 derajat celcius .
Emaridial Ulza (anak Kampung perbatasan Provinsi Jambi ‘Kerinci”) ,
kandidat Master of Marketing di National Research Tomsk University,
Russia.
Senang sekali bisa mendapatkan sahabat baru.
Twitter : @emaridialulza, Facebook: Emaridial Ulza II, E-mail : ulza_warla@yahoo.com
Maju Terus Indonesia. Jayalah Negeriku.