Kamis, 24 Oktober 2013

Belajar Dari Si Kaya Abdurrahman bin Auf


Abdurrahman bin Auf atau Ibnu Auf atau Abu Muhammad, begitu beliau kerap disapa. Salah satu dari sepuluh sahabat Rasulullah SAW yang dijamin Rasulullah masuk syurga.
Umurnya 75 tahun, wafat tahun 32 H di masa kekhalifahan Ustman.
Mengenal sosok beliau, perawakannya berbadan tinggi, wajahnya putih bersih. Cara mengenalnya juga mudah karena beliau cara bicaranya cadel karena keempat gigi serinya yang atas dan bawah sudah tanggal.

Dan yang paling kentara lagi, ada dua puluh bekas luka sisa perang Uhud. Yang paling besar dan menganga di bagian kaki yang membuat selama hidupnya terpincang-pincang.

Istimewanya lagi, selain beliau termasuk satu dari sepuluh ahli surga, Abdurrahman bin Auf juga merupakan orang ke-delapan yag masuk Islam setelah: Khadiijah, Ali, Abu Bakar, Ustman, Sa'ad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, serta Zubair bin Awwam.
Abdurrahman bin Auf termasuk pula golongan-golongan awal yang hijrah. Dan beliau pun termasuk 1 dari 113 ahlul Badar.

AKTIVITAS PERNIAGAAN
Kelebihan yang kita sangat tau adalah kepiawaiannya dalam berdagang. Setiap barang apapun yang dipegang selalu terjual dengan harga yang baik. Sampai dia sendiri heran dan berkata, "Sungguh bila aku mengangkat sebuah batu maka di baliknya akan aku temukan berlian."
Namun walaupun sangat kaya raya, beliau sangat bersahaja dan tidak suka bermewah-mewah. Perniagaan bagi beliau tidak hanya semata mendapatkan keuntungan, namun sebagai sarana pula untuk mendapatkan ridha Allah.

Beliau pun terkenal sebagai seorang tak pernah diam. Kalo tidak ditemukan di masjid, sedang berjihad di medan perang, atau mengurusi perniagaannya. Beliau tidak pernah lama untuk beristirahat apalagi berleha-leha.
Ketika hijrah, ia tidak membawa apapun kecuali baju yang dikenakan dan dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi', salah satu orang terkaya di Madinah.

Dan sejarah pun mencatat kisah indah ukhuwah diantara kedua sahabat ini, ketika Sa'ad bin Rabi' menawarkan memberikan setengah hartanya hingga Ibnu Auf diminta untuk memilih salah satu dari dua istrinya yang paling menarik baginya, agar diceraikan untuk bisa dinikahi. Namun beliau menolak semuanya dan hanya meminta ditunjukkan ke manakah arah pasar?

RAHASIA KEBERKAHAN HARTA
Kenapa perniagaan beliau selalu menguntungkan? Selalu wara' (berhati-hati) dalam menggunakan yang modal dan berniaga. Jangankan meninggalkan yang hitam bahkan yang syubhat! Sehingga hartanya senantiasa berkah. Dari 10 dinar menjadi 100 dinar. Dari 100 dinar menjadi 1000 dinar.

Beliau pun menggunakan hartanya tidak hanya untuk dirinya sendiri, untuk keluarga dan seluruh sanak saudaranya, membayar utang kaum muslimin, dan tentu berinfak kepada kaum faqir.
Sebuah pesan yang senantiasa diingat beliau, ketika Rasulullah bersabda, "Wahai Ibnu Auf, engkau termasuk golongan orang kaya tapi kamu akan masuk ke surga dengan merangkak. Maka pinjamkanlah kepada Allah dengan pinjaman yang terbaik, maka pasti Allah akan mempermudah langkahmu nanti." Sejak itu beliau menjadi semakin dermawan.

Suatu hari beliau menjual salah satu tanah seharga 40 ribu dinar atau sekitar 100 M. Apa yang dilakukan dengan uang itu? Tanpa ragu beliau shadaqahkan semua tanpa diambil sepeserpun.
Ibnu Auf pun selalu menjadi donatur nomor satu dalam hal berjihad. Pada suatu hari dikisahkan beliau memberikan 500 ekor kuda untuk kebutuhan perang, padahal hari sebelumnya beliau baru saja selesai memberikan 1500 kuda.

Dan ketika beliau hendak wafat, beliau membuat wasiat tentang harta warisnya yang diminta diberikan pada orang-orang berikut:
1. Ahlul Badar yang msh hidup di zaman khalifah Ustman yag jumlahnya masih puluhan, sekitar 80an orang, masing-masing diberikan 400 dinar atau 1 M per orang
2. Digunakan untuk melunasi utang seluruh kaum muslimin di kota Madinah
3. Istri Rasulullah yang masih hidup masing-masing 40 ribu dinar
4. Memberikan warisan kepada negara sebesar 50rb dinar *bayangkan ada orang yang ngasih warisan ke negara*

Hatta, Khalifah Ustman yang kaya raya sekalipun masih menerima harta warisnya. Khalifah Ustman tidak ragu menerimanya dan menyampaikan bahwa harta Ibnu Auf ini berkah, maka siapapun yang menikmati ia akan mendapatkan keberkahan.

Ibnu Auf adalah seorang yag mudah menangis. Pernah dikisahkan ketika Ibnu Auf makan bersama dengan penduduk satu kota Madinah, tiba-tiba beliau menangis karena beliau mengingat dulu Rasulullah dan para sahabat belum pernah makan dengan roti gandum terbaik, daging terbaik seperti yang ia akan makan saat ini.
Abdurrahman bin Auf tidak pernah menampakkan kekayaannya, bahkan bila ada pendatang dari luar kota Madinah datang ke rumahnya, niscaya tdiak akan ada yang dapat mengenalinya karena sama sekali tidak ada perbedaan antara ia dengan pelayan-pelayannya..

RAHASIA KEZUHUDAN 'AUF
Kenapa Abdurrahman bin Auf memiliki akhlak yg demikian?
Karena ia paham betul Nabinya, paham betul hadits yang dipesankan kepadanya.
"Berbahagialah orang-orang yang bertaqwa lagi kaya raya, bila mereka hadir di tengah umatnya namun tidak dikenali, jika hilang tidak ada yang mengetahui." (Al Hadist)

"Kamu tidak akan pernah bisa memuaskan manusia dengan harta yang kamu punya. Kamu hanya bisa menundukkan dengan keramahanmu, dengan wajahmu yang berseri, dengan akhlakmu yang terpuji." (Al Hadist)
Saking zuhudnya beliau sampai-sampai Aisyah ra menawarkan sendiri kepadanya, "Kalau engkau tidak keberatan, ketika engkau meninggal kelak maka jasadmu dapat disemayamkan di halaman rumah kami, bersama makam Rasulullah SAW bersama sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab."
FYI, dulu aja pas Khalifah Umar menjelang wafat, beliau yang request langsung ke Aisyah untuk dimakamkan di tempat tersebut, tapi Ibnu Auf ditawarkan langsung!

Namun beliau menolak dan lebih memilih dikuburkan bersebelahan dengan sahabat dekatnya Ustman bin Mazhun, karena mereka berdua dulu pernah berikrar siapa wafatnya paling akhir akan menguburkan dirinya di makam salah satu diantara mereka yang wafat terlebih dahulu. Dan Ibnu Auf memilih untuk menjalankan ikrar persahabatannya.

PENUTUP
Belajar dari Abdurrahman bin Auf, kita ditampar betul tentang akhlak terhadap harta, persepsi kita tentang kekayaan. Bahwa dalam konsepsi Islam, berbicara tentang kekayaan bukan tentang kepemilikan namun tentang pendistribusian. Makin banyak yang dimiliki, makin banyak yang dishadaqahkan.

Bahkan banyak ibadah-ibadah yang dijalankan semata-matan uutk mendapatkan fadhilah kekayaan. Sholat Dhuha biar kaya, Qiyamul Lail agar kaya, Senin Kamis biar kaya. Sudah tidak menarik kah surga untuk kita dibandingkan fadhilah-fadhilah dunia tersebut?

Semua berawal dari pintu syahwat. Dua pintu orang banyak masuk neraka: mulut (syahwatul kalam) dan kemaluan (syahwatul farji). Mengeluarkan kata-kata tercela, jauh dari akhlak terpuji, menggujing. Serta syahwat biologis. Pusat energi syahwat ini terletak diantara keduanya yakni perut (syahwatul butun).

Maka mengendalikan syahwat paling mudah ada dengan mengendalikan nafsu makan kita, mengontrol kalapnya kita di depan hidangan ketika berbuka. Layaknya para salafus shalih terdahulu.

Semoga setelah Ramadhan kali ini mendidik kita untuk mengendalikannya lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar