Jumat, 13 Juni 2014

Anak tukang becak ber-IPK 3,96 diberi beasiswa SBY ke Inggris

Cita-cita Raeni, wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang ber-IPK 3,96 (Sumlade) terwujud. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan pemerintah akan sponsori anak tukang becak ini untuk meneruskan kuliah S2 di Inggris.

"Memenuhi rencana Raeni, pemerintah akan berikan kesempatan pendidikan S2 di luar negeri melalui Program Beasiswa Presiden," tulis SBY dalam akun Twitter resminya @SBYudhoyono, Jumat (13/6).

Seperti diketahui, Kepala Humas Unnes Sucipto Hadi Purnomo mengatakan, Raeni tak hanya mendapat tawaran beasiswa dari foundation namun banyak perusahaan ingin merekrut sarjana ekonomi ini jadi pegawainya, seperti dikutip dari situs resmi Universitas Negeri Semarang, http://unnes.ac.id.

Sebelumnya, Mugiyono yang berprofesi sebagai tukang becak di Kelurahan Langenharjo, Kendal, mungkin jadi orang paling bahagia karena anaknya, Raeni lulus dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,96 (Sumlade). Bahkan Raeni tak malu datang ke acara wisuda diantar bapaknya naik becak.

Raeni, wisudawan dari Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) berkali-kali membuktikan prestasinya dengan memperoleh indeks prestasi 4, sempurna. Penerima beasiswa Bidikmisi ini memiliki cita-cita meneruskan kuliah ke Inggris.

"Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Pengin-nya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi," kata gadis yang bercita-cita jadi guru tersebut seperti dikutip dari situs resmi Universitas Negeri Semarang.

Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/anak-tukang-becak-ber-ipk-396-diberi-beasiswa-sby-ke-inggris.html
Baca SelengkapnyaAnak tukang becak ber-IPK 3,96 diberi beasiswa SBY ke Inggris

Raeni, Anak tukang becak yang Lulus Cumlaude dengan IPK 3,96

SEMARANG, KOMPAS.com — Di acara wisuda Universitas Negeri Semarang (Unnes), Selasa (10/6/2014), perhatian para keluarga wisudawan dan handai taulan yang hadir mengarah pada sosok Raeni, wisudawati dari Jurusan Pendidikan Akuntansi, Fakultas Ekonomi (FE).

Raeni yang datang dengan mengenakan kebaya dan kain lengkap dengan toga wisudanya tiba di lokasi wisuda dengan menggunakan becak.

Seperti ditulis dalam situs resmi Unnes, Raeni diantar oleh ayahnya, Mugiyono, yang memang sehari-hari berprofesi sebagai tukang becak.

Meski hidup dalam keluarga dengan ekonomi pas-pasan, Raeni justru membuktikan keunggulan dan prestasinya untuk meniti masa depan yang lebih baik dan membahagiakan keluarganya.

Penerima beasiswa Bidikmisi ini beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4. Prestasi itu dipertahankan hingga akhirnya dia lulus dan ditetapkan sebagai wisudawan terbaik dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,96.

“Selepas lulus sarjana, saya ingin melanjutkan kuliah lagi. Penginnya melanjutkan (kuliah) ke Inggris. Ya, kalau ada beasiswa lagi,” kata gadis yang bercita-cita menjadi guru tersebut.

Keberhasilan Raeni tentu saja tak lepas dari peran dan dukungan Mugiyono, ayahnya. Dia mengaku terus mendukung putri bungsunya itu untuk berkuliah agar bisa menjadi guru sesuai dengan cita-citanya.

“Sebagai orang tua hanya bisa mendukung. Saya rela mengajukan pensiun dini dari perusahaan kayu lapis agar mendapatkan pesangon,” kata pria yang mulai menggenjot becak sejak 2010 itu setelah berhenti bekerja.

Setiap hari, Mugiyono kerap mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal. Dalam sehari, dia bisa mengumpulkan uang antara Rp 10.000 – Rp 50.000.

Namun, penghasilannya kerap tak menentu. Oleh karena itu, dia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450.000 per bulan.

Sementara itu, Rektor Unnes, Fathur Rokhman, mengatakan, sosok Raeni membuktikan bahwa tidak ada halangan bagi anak dari keluarga kurang mampu untuk bisa berkuliah dan berprestasi.

“Meski berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi yang kurang, Raeni tetap bersemangat dan mampu menunjukkan prestasinya. Sampai saat ini Unnes menyediakan 26 persen dari jumlah kursi yang dimilikinya untuk mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Kami sangat bangga dengan apa yang diraih Raeni,” katanya.

Dia bahkan yakin akan makin banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu yang bisa menjadi kaum terpelajar dan sukses, bahkan mungkin menjadi pemimpin negara. Untuk mewujudkannya, Unnes sendiri menyalurkan sekitar 1.850 beasiswa Bidikmisi setiap tahun.


Sumber: http://regional.kompas.com/read/2014/06/11/1319587/Wisudawati.dengan.IPK.3.96.Itu.Diantar.Ayahnya.dengan.Becak
Baca SelengkapnyaRaeni, Anak tukang becak yang Lulus Cumlaude dengan IPK 3,96

As'ad, Gadis Palestina yang Menjadi Dokter Termuda di Dunia

Di saat seseorang pada umumnya menyelesaikan kuliah kedokteran hingga umur 30 tahun atau paling tidak di akhir usia 20-an menjelang 30 tahun, tetapi gadis Muslimah Palestina ini memulai sekolah kedokterannya pada usia 14 tahun, demikian laporan myhijab.info, seperti dilansir World Bulletin.

Ia diketahui bernama Iqbal Asa’d, 20 tahun. Asa’d mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran dan ditetapkan sebagai dokter termuda di dunia oleh Guinness World Records. Tokoh Hamas Palestina Ismail Haniyah sangat menghormati Iqbal Asa’d. Haniyah menegaskan bahwa Asa’d, 20, sebagai sosok dokter yang hebat.
Setelah ini Asa’d akan pergi ke Ohio, Amerika Serikat untuk melanjutkan pendidikan, meraih cita-citanya menjadi dokter spesialis anak.

Asa’d merupakan salah satu Muslimah yang berprestasi di tingkat dunia dalam dunia ilmu pengetahuan. Selain membanggakan dunia Muslim, prestasi yang diraih Muslimah seperti Asa’d membantah propaganda orang-orang kafir yang menganggap Islam mengekang bahkan melarang pendidikan bagi perempuan. Haaren.wordpress.com menyebut dalam artikelnya bahwa Eqbal Asa’d kecil adalah seorang anak jenius.
Guinness World Records menetapkan Asa’d sebagai dokter termuda di dunia.

Asa’d adalah seorang pengungsi Palestina yang tinggal di kamp pengungsi Palestina di Lebanon. Ia terdaftar di Weil Cornell Medical Collage di Qatar saat usianya baru 14. Pada usia 20, dia mendapat gelar sarjana di bidang kedokteran dengan nilai yang memuaskan.

Sejak kecil Asa’d adalah seorang anak jenius. ”Seorang anak wanita  jenius. Seorang gadis yang tamat SD pada usia 7 tahun,” tulis Haaren.

Setiap tiga bulan, saat di bangku sekolah secara menakjubkan dia menelan program satu tahun. Membuat kelasnya melompat, tapi semuanya baik. ”Dia membaca, belajar, berlomba untuk mendapatkan nilai terbaik,” tulis Haaren. ”Dalam tiga bulan, dia mampu melampaui siswa kelas barunya.”

Begitu banyak sehingga pada usia 12 tahun, ia memperoleh Baccalaureate-nya. Kemudian dia ditemukan oleh media dan sebuah penghargaan beasiswa negara asing diterimanya untuk belajar kedokteran. Dia magang untuk menjadi dokter termuda di dunia di usia 17 tahun.

“Ini benar-benar cincin cerita dongeng yang nyata,” kata bloger Haaren.
Haaren mengungkapkan, Asa’d adalah putri dari seorang pengungsi Palestina dari Lembah Bekaa, Lebanon. Pemerintah yang membayar pendidikannya adalah Qatar.

Iqbal Asa’d bercita-cita ingin membuka kantor di desanya Bekaa. Orang-orang Palestina tidak punya hak untuk melakukan profesi pengacara dan dokter di Lebanon. (arrahmah.com/RoL)
salam-online

Sumber: http://salam-online.com/2014/06/gadis-palestina-ini-menjadi-dokter-termuda-di-dunia.html

Baca SelengkapnyaAs'ad, Gadis Palestina yang Menjadi Dokter Termuda di Dunia

MENGAPA PILIH PRABOWO? (Curhatan WNI di Belanda)

Ini adalah catatan malam saya, saya bukan profesor atau pun penulis, profesi saya hanya seorang Ibu rumah tangga yang sedang merantau di negeri orang, yang berusaha memahami pilihan yang ada saat ini di Indonesia, sebuah perenungan pribadi tentang nasib masa depan bangsa yang saya cintai.

Siapakah sosok yang pantas menjadi Presiden di Indonesia periode 2014-2019. 2 Bulan lalu, saya mengatakan Jokowi, saya terpana dengan popularitas dia di media massa yang hampir setiap harinya blusukan ke desa-desa. Waktu itu tidak terbesit di benak saya, orang lain selain Jokowi. Tapi kemudian, ketika sosok Prabowo mulai ditetapkan sebagai capres juga, saya kemudian mencoba mempelajari dia juga. Siapa sebenarnya dia? Lalu saya menemukan fakta-fakta ini yang tidak pernah saya tahu sebelumnya jika saya tidak membiarkan diri saya waktu itu untuk membaca dan membaca.

Setelah membaca dan mempelajari, sungguh saya malu pada diri saya sendiri, karna jasa-jasa dia sebagai patriot bangsa hampir saya tak mengetahui. Beliau ternyata mempunyai sepak terjang dalam hidupnya yang telah banyak mengharumkan nama Indonesia tapi anehnya malah tidak pernah diangkat di media massa. Jika kita menggunakan akal jernih dan hati nurani kita, semestinya kita akan tergerak melihat prestasi dan jasa-jasa dia untuk bangsa kita. Dan saya pun mulai berpikir, ada apa dengan media massa di Indonesia? Saya pun melakukan banyak membaca lagi untuk menjawab semua kegelisahan saya tentang media massa di Indonesia dan siapa-siapa saja di belakang pemilik media massa yang selama ini sudah dipersiapkan memang untuk mengangkat nama Jokowi sejak beberapa tahun akhir ini. Ada agenda luar biasa ternyata di balik pembentukan karakter Jokowi selama ini.

Setelah banyak membaca, membaca, membaca dan mempelajari, saya pikir dialah yang terbaik di antara pilihan yang ada untuk memimpin negara kita saat ini. Prabowo Subianto. Salah satu Putra terbaik bangsa yang hampir terlupakan.

Ini beberapa alasan mengapa saya akhirnya menjatuhkan pilihan saya kepadanya setelah mendalami dengan detil kedua profil capres yang ada.

1. Beliau adalah seorang prajurit sejati di bawah Sumpah Sapta Marga. Salah satunya yang nomer 5 berbunyi : "Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit."

2. Beliau telah berhasil membebaskan para sandera berkewarganegaraan Indonesia, Belanda dan Inggris yang ditawan oleh OPM (Organisasi Papua Merdeka) di Papua selama kurang lebih 4 bulan sejak 8 Januari 1996, dan akhirnya pada tanggal 9 Mei 1996, mereka berhasil bebas. Operasi pembebasan ini taruhannya adalah nyawa, dan beliau berani mempertaruhkan nyawanya demi orang lain. Beliau punya prestasi yang begitu besar tapi tidak pernah mau menonjolkannya. Sosok yang humble dan rendah hatilah yang selalu dia junjung tinggi.

3. Beliau memprioritaskan keutuhan NKRI ketimbang kehormatan pribadi sehingga beliau rela diberhentikan oleh atasannya dan difitnah oleh oknum yang keji. Beliau ikhlas menerima itu semua tanpa perlawanan apapun demi menjaga keutuhan NKRI.

4. Ternyata beliaulah pencetus ide untuk mendaki Mount Everest, puncak gunung tertinggi di dunia. Pada tahun 1997, team yang dipimpin oleh beliau akhirnya bisa mengibarkan bendera merah putih YANG PERTAMA KALI di antara negara Asia Tenggara lainnya, bahkan bisa mengalahkan tim dari Malaysia.

5. Beliau seorang pekerja keras, begitu ulet dan telaten dalam berbisnis, menjadi pedagang dan saudagar yang kaya raya, bangkit dari keterpurukannya setelah difitnah, dan meskipun kaya raya, beliau sangat dermawan dan sering membantu korps baret merah, membuat beliau sangat dihormati oleh banyak orang. sehingga ada beberapa seniornya di kemiliteran yang kemudian iri hati. Yang ternyata para senior di miilter yang "iri" tadi semuanya berada di kubu pendukung Jokowi. Masya Allah...

6. Beliau memiliki kuda-kuda yang dirawat dengan baik dan punya kandang untuk berlatih, dan dari kuda-kuda miliknya inilah atlet polo Indonesia dilatih dan akhirnya untuk PERTAMA KALINYA Indonesia menurunkan atlet cabang olah raga polo di Sea Games 2007 di Bangkok, Thailand.

7. Beliau lantang menolak imperialisme barat yang menginjak-injak martabat bangsa. Makanya Amerika kurang suka dengan beliau. Ini salah satu kenapa saya suka dengan kebijaksanaan beliau untuk merenegosiasi kontrak karya dengan negara asing yang menggerus kekayaan alam kita.

8. Beliau adalah anak bangsa yang begitu setia dengan tanah air Indonesia, bahkan ketika Yordania menawari kewarganegaraan, beliau menolak.

9. Beliau adalah seorang nasionalis utuh, tidak hanya simbolis. Terbukti, ketika beliau mencoba mempertahankan perusahaan nasional milik Bob Hasan di Kalimantan Timur yang hampir bangkrut, dengan membelinya, daripada membiarkan jatuh ke tangan asing.

10. Beliau merasa peduli dengan perjuangan para TKW dan TKI yang menderita di luar negeri, salah satunya ketika beliau rela membayar pengacara mahal (Tan Sri Moh. Shafee Abdullah) untuk membebaskan TKI Wilfrida yg terancam hukuman mati.

11. Beliau sangat concern dengan ketahanan pangan di Indonesia dan kehidupan para petani. Beliau adalah ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia yang berjuang memberikan kesejahteraan kepada petani di Indonesia.

12. Beliau adalah ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) di mana beliau selalu menyuarakan kepada pemerintah untuk mementingkan nasib pedagang kecil dibandingkan hypermarket yang sekarang makin menjamur dan mematikan nasib para pedagang kecil.

13. Beliau sangat peduli dengan nasib olahragawan dan atlet di Indonesia salah satunya dalam bidang pencak silat. Beliau menjadi ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) sejak tahun 2004 dan di bawah kepemimpinannya, pencak silat berhasil mendapatkan juara umum pada Sea Games 2011.

14. Beliau termasuk genius, karna bisa berbahasa lebih dari 5 bahasa. Ada 6 bahasa yang dikuasainya. Yaitu bahasa jawa, bahasa Indonesia, bahasa inggris, bahasa belanda, bahasa jerman dan bahasa prancis. Saya salut untuk yang satu ini. Belajar bahasa menurut pengalaman saya sungguh membutuhkan ketekunan dan dedikasi tinggi. Kemampuan berbahasa inggris dengan fasih menjadi syarat mutlak untuk menjadi pemimpin bangsa kita di era globalisasi ini.

Prestasi beliau ternyata banyak sekali, tidak bisa saya list semua di sini, saya sungguh malu hanya karna saya malas membaca, jasa-jasa anda hampir saya tak pernah ketahui Pak.

Sebelum memutuskan, saya berusaha dengan jeli dan teliti membaca kedua profil capres yang ada, pada ujungnya, pilihan kita lah nantinya yang akan menentukan nasib bangsa kita di masa depan. Akhir kata, semoga Allah memberikan pertolongan dan keselamatan untuk negeri tercinta kita.
Catatan kecil ini adalah gubahan bebas hasil dari membaca, menelusuri lautan sumber-sumber valid dan menginspirasi.

Coretan Malam dari seorang ibu rumah tangga.
Untuk Negeriku Indonesia,
Tasniem Fauzia Rais
Nijmegen, Belanda.
10 Juni 2014 jam 23:13

Sumber: https://www.facebook.com/tasniemrais


Baca SelengkapnyaMENGAPA PILIH PRABOWO? (Curhatan WNI di Belanda)

Minggu, 01 Juni 2014

1 ONS bukan 100 Gram – Pendidikan yang Menjadi Boomerang

Seorang teman saya yang bekerja pada sebuah perusahaan asing, di PHK akhir tahun lalu. Penyebabnya adalah kesalahan menerapkan dosis pengolahan limbah, yang telah berlangsung bertahun-tahun. 
Kesalahan ini terkuak ketika seorang pakar limbah dari suatu negara Eropa mengawasi secara langsung proses pengolahan limbah yang selama itu dianggap selalu gagal. Pasalnya adalah, takaran timbang yang dipakai dalam buku petunjuknya menggunakan satuan pound dan ounce. Kesalahan fatal muncul karena yang bersangkutan mengartikan
1 pound = 0,5 kg. dan 1 ounce (ons) = 100 gram, sesuai pelajaran yang ia terima dari sekolah.
Sebelum PHK dijatuhkan, teman saya diberi tenggang waktu 7 hari untuk membela diri dgn. cara menunjukkan acuan ilmiah yang menyatakan 1 ounce (ons) = 100 g. Usaha maksimum yang dilakukan hanya bisa menunjukkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mengartikan ons (bukan ditulis ounce) adalah satuan berat senilai 1/10 kilogram.Acuan lain termasuk tabel-tabel konversi yang berlaku sah atau dikenal secara internasional tidak bisa ditemukan.
SALAH KAPRAH YANG TURUN-TEMURUN. Prihatin dan penasaran atas kasus diatas, saya mencoba menanyakan hal ini kepada lembaga yang paling berwenang atas sistem takar-timbang dan ukur di Indonesia , yaitu Direktorat Metrologi .Ternyata, pihak Dir. Metrologi-pun telah lama melarang pemakaian satuan ons untuk ekivalen 100 gram. Mereka justru mengharuskan pemakaian satuan yang termasuk dalam Sistem Internasional (metrik) yang diberlakukan resmi di Indonesia . Untuk ukuran berat, satuannya adalah gram dan kelipatannya.
Satuan Ons bukanlah bagian dari sistem metrik ini dan untuk menghilangkan kebiasaan memakai satuan ons ini, Direktorat Metrologi sejak lama telah memusnahkan semua anak timbangan (bandul atau timbal) yang bertulisan “ons” dan “pound”.
Lepas dari adanya kebiasaan kita mengatakan 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, ternyata tidak pernah ada acuan sistem takar-timbang legal atau pengakuan internasional atas satuan ons yang nilainya setara dengan 100 gram. Dan dalam sistem timbangan legal yang diakui dunia internasional, tidak pernah dikenal adanya satuan ONS khusus Indonesia . Jadi, hal ini adalah suatu kesalahan yang diwariskan turun-temurun. Sampai kapan mau dipertahankan ?
BAGAIMANA KESALAHAN DIAJARKAN SECARA RESMI ?
Saya sendiri pernah menerima pengajaran salah ini ketika masih di bangku sekolah dasar. Namun, ketika saya memasuki dunia kerja nyata, kebiasaan salah yang nyata-nyata diajarkan itu harus dibuang jauh karena akan menyesatkan. Beberapa sekolah telah saya datangi untuk melihat sejauh mana penyadaran akan penggunaan sistem takar-timbang yang benar dan sah dikemas dalam materi pelajaran secara benar, dan bagaimana para murid (anak-anak kita) menerapkan dalam hidup sehari-hari. Sungguh memprihatinkan. Semua sekolah mengajarkan bahwa
1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram, dan anak-anak kita pun  menggunakannya dalam kegiatan sehari-hari. “Racun” ini sudah tertanam didalam otak anak kita sejak usia dini. Dari para guru, saya mendapatkan penjelasan bahwa semua buku pegangan yang diwajibkan atau disarankan oleh Departemen Pendidikan Indonesia mengajarkan seperti itu. Karena itu, tidaklah mungkin bagi para guru untuk melakukan koreksi selama Dep. Pendidikan belum merubah atau memberi-kan petunjuk resmi.
TANGGUNG JAWAB SIAPA ?
Maka, bila terjadi kasus-kasus serupa diatas, Departemen Pendidikan kita jangan lepas tangan. Tunjukkanlah kepada masyarakat kita terutama kepada para guru yang mengajarkan kesalahan ini, salah satu alasannya agar tidak menjadi beban psikologis bagi mereka ; “acuan sistem timbang legal yang mana yang pernah diakui / diberlakukan secara internasional , y
ang menyatakan bahwa : 1 ons adalah 100 gram, 1 pound adalah 500 gram.”
Kalau Dep. Pendidikan tidak bisa menunjukkan acuannya, mengapa hal ini diajarkan secara resmi di sekolah sampai sekarang ? Pernahkan Dep. Pendidikan menelusuri, dinegara mana saja selain Indonesia berlaku konversi 1 ons = 100 gram dan 1 pound = 500 gram ?
Patut dipertanyakan pula, bagaimana tanggung jawab para penerbit buku pegangan sekolah yang melestarikan kesalahan ini ? Kalau Dep. Pendidikan mau mempertahankan satuan ons yang keliru ini, sementara pemerintah sendiri melalui Direktorat Metrologi melarang pemakaian satuan “ons” dalam transaksi legal, maka konsekwensinya ialah harus dibuat sistem baru timbangan Indonesia (versi Depdiknas)..
Sistem baru inipun harus diakui lebih dulu oleh dunia internasional sebelum diajarkan kepada anak-anak. Perlukah adanya sistem timbangan Indonesia yang konversinya adalah 1 ons (Depdiknas) = 100 gram dan 1 pound (Depdiknas) = 500 gram. ?
Bagaimana “Ons dan Pound (Depdiknas)” ini dimasukkan dalam sistem metrik yang sudah baku diseluruh dunia ? Siapa yang mau pakai ?.
HENTIKAN SEGERA KESALAHAN INI.
Contoh kasus diatas hanyalah satu diantara sekian banyak problema yang merupakan akibat atau korban kesalahan pendidikan. Saya yakin masih banyak kasus-kasus senada yang terjadi, tetapi tidak kita dengar. Salah satu contoh kecil ialah, banyak sekali ibu-ibu yang mempraktekkan resep kue dari buku luar negeri tidak berhasil tanpa diketahui dimana kesalahannya. Karena ini kesalahan pendidikan, masalah ini sebenarnya merupakan masalah nasional pendidikan kita yang mau tidak mau harus segera dihentikan.
Departemen Pendidikan tidak perlu malu dan basa-basi diplomatis mengenai hal ini. Mari kita pikirkan dampaknya bagi masa depan anak-anak Indonesia . Berikan teladan kepada bangsa ini untuk tidak malu memperbaiki kesalahan. Sekalipun hanya untuk pelajaran di sekolah, dalam hal Takar-Timbang- Ukur, Dep. Pendidikan tidak memiliki supremasi sedikitpun terhadap Direktorat Metrologi sebagai lembaga yang paling berwenang di Indonesia . Mari kita ikuti satu acuan saja, yaitu Direktorat Metrologi.
Era Globalisasi tidak mungkin kita hindari, dan karena itu anak-anak kita harus dipersiapkan dengan benar. Benar dalam arti landasannya, prosesnya, materinya maupun arah pendidikannya. Mengejar ketertinggalan dalam hal kualitas SDM negara tetangga saja sudah merupakan upaya yang sangat berat. Janganlah malah diperberat dengan pelajaran sampah yang justru bakal menyesatkan.
Didiklah anak-anak kita untuk mengenal dan mengikuti aturan dan standar yang berlaku SAH dan DIAKUI secara internasional, bukan hanya yang rekayasa lokal saja. Jangan ada lagi korban akibat pendidikan yang salah. Kita lihat yang nyata saja, berapa banyak TKI diluar negeri yang berarti harus mengikuti acuan yang berlaku secara internasional. Anak-anak kita memiliki HAK untuk mendapatkan pendidikan yang benar sebagai upaya mempersiapkan diri menyongsong masa depannya yang akan penuh dengan tantangan berat.
ACUAN MANA YANG BENAR ?
Banyak sekali literatur, khususnya yang dipakai dalam dunia tehnik, dan juga ensiklopedi ternama seperti Britannica, Oxford , dll. (maaf, ini bukan promosi) menyajikan tabel-tabel konversi yang tidak perlu diragukan lagi. Selain pada buku literatur, tabel-tabel konversi semacam itu dapat dijumpai dengan mudah di-dalam buku harian / diary/agenda yang biasanya diberikan oleh toko atau produsen suatu produk sebagai sarana promosi. Salah satu konversi untuk satuan berat yang umum dipakai SAH secara internasional adalah sistem avoirdupois / avdp. (baca : averdupoiz).
1 ounce/ons/onza = 28,35 gram (bukan 100 g.)
1 pound = 453 gram (bukan 500 g.)
1 pound = 16 ounce (bukan 5 ons)
Bayangkan saja, bagaimana jadinya kalau seorang apoteker meracik resep obat yang seharusnya hanya diberi 28 gram, namun diberi 100 gram. Apakah kesalahan semacam ini bisa di kategorikan sebagai malapraktek ?
Pelajarannya memang begitu, kalau murid tidak mengerti, dihukum !!! Jadi, kalau malapraktik, logikanya adalah tanggung jawab yang mengajarkan. (ini hanya gambaran / ilustrasi salah satu akibat yang bisa ditimbulkan, bukan kejadian sebenarnya, tetapi dalam bidang lain banyak sekali terjadi)
KALAU BUKAN KITA YANG MENYELAMATKAN – LALU SIAPA ?.
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak semua kalangan, baik kalangan pemerintah, akademis, profesi, bisnis / pedagang, sekolah dan orang tua dan juga yang lainnya untuk ikut serta mendukung penghapusan satuan “ons dan pound yang keliru” dari kegiatan kita sehari-hari. Pengajaran sistem timbang dgn. satuan Ounce dan Pound seharusnya diberikan sebagai pengetahuan disertai kejelasan asal-usul serta rumus konversi yang benar. Hal ini untuk membuang kebiasaan salah yang telah melekat dalam kebiasaan kita, yang bisa mencelakakan / menyesatkan anak-anak kita, generasi penerus bangsa ini. # # # # #
Tulisan ini akan dikirimkan kepada media masa, baik cetak maupun elektronik yang mau menyiarkannya demi kepentingan bangsa. Dipersilahkan mengubah formatnya sesuai dengan ketentuan penyiaran masing-masing. Juga kepada sekolah-sekolah, pabrik-pabrik serta LSM dan masyarakat umum, untuk diketahui secara luas. Bila anda merasa sependapat dengan saya, setuju untuk menghentikan kesalahan ini demi masa depan anak bangsa Indonesia , silahkan diperbanyak/ difoto copy dan disebar-luaskan sendiri. Bila anda ragu-ragu terhadap kebenaran tulisan ini, silahkan menanyakannya langsung kepada Direktorat Metrologi atau Balai Metrologi setempat dikota anda berada.
Terima kasih saya ucapkan kepada anda yang peduli dan mau berpar-tisipasi menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia . Semoga Tuhan memberkati upaya ini, yang kita lakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih sedikitpun.
Yoppy Martha Aditya
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
 Sumber:  http://www.sdnmenteng01.com/archives/1504#.T1rvs9FAcSc.facebook
Baca Selengkapnya1 ONS bukan 100 Gram – Pendidikan yang Menjadi Boomerang