Sobat Blog Hot Motivasi, sadar gak
kalo kita sering kali melewatkan waktu berharga untuk keluarga kita?
Kita sudah terlalu lelah beraktivitas di luar rumah, orang rumah cuma
kebagian jatah ‘capek’ doang. Akhir pekan pun biasanya lebih kita pilih
untuk habiskan bersama teman-teman, hang out. Gak ada waktu optimal buat ortu, saudara, pasangan hidup, dan anak.
Nah, Kisah di bawah ini, mudah-mudahan bisa memotivasi kita untuk memberi waktu terbaik buat keluarga tercinta…
Aku
keraskan suara radioku untuk mendengarkan suatu acara Bincang-bincang
Sabtu Pagi. Aku dengar seseorang agak tua dengan suara emasnya. Ia
sedang berbicara mengenai seribu kelereng kepada seseorang di telpon
yang dipanggil “Tom”. Aku tergelitik dan duduk ingin mendengarkan apa
obrolannya.
“Dengar
Tom, kedengarannya kau memang sibuk dengan pekerjaanmu. Aku yakin
mereka menggajimu cukup banyak, tapi kan sangat sayang sekali kau harus
meninggalkan rumah dan keluargamu terlalu sering. Sulit kupercaya kok
ada anak muda yang harus bekerja 60 atau 70 jam seminggunya untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk menonton pertunjukan tarian
putrimu pun kau tak sempat”.
Ia melanjutkan : “Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku”. Lalu mulailah ia menerangkan teori “seribu kelereng” nya.
Ia melanjutkan : “Biar kuceritakan ini, Tom, sesuatu yang membantuku mengatur dan menjaga prioritas apa yang yang harus kulakukan dalam hidupku”. Lalu mulailah ia menerangkan teori “seribu kelereng” nya.
“Begini
Tom, suatu hari aku duduk-duduk dan mulai menghitung-hitung. Kan
umumnya orang rata-rata hidup 75 tahun. Ya aku tahu, ada yang lebih dan
ada yang kurang, tapi secara rata-rata umumnya kan sekitar 75 tahun.
Lalu, aku kalikan 75 ini dengan 52 dan mendapatkan angka 3900 yang
merupakan jumlah semua hari Sabtu yang rata-rata dimiliki seseorang
selama hidupnya. Sekarang perhatikan benar-benar Tom, aku mau beranjak
ke hal yang lebih penting”.
“Tahu
tidak, setelah aku berumur 55 tahun baru terpikir olehku semua detail
ini,” sambungnya, “dan pada saat itu aku kan sudah melewatkan 2800 hari
Sabtu. Aku terbiasa memikirkan, andaikata aku bisa hidup sampai 75
tahun, maka buatku cuma tersisa sekitar 1000 hari Sabtu yang masih bisa
kunikmati”.
“Lalu aku pergi ke toko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya”.
“Lalu aku pergi ke toko mainan dan membeli tiap butir kelereng yang ada. Aku butuh mengunjungi tiga toko, baru bisa mendapatkan 1000 kelereng itu. Kubawa pulang, kumasukkan dalam sebuah kotak plastik bening besar yang kuletakkan di tempat kerjaku, di samping radio. Setiap Sabtu sejak itu, aku selalu ambil sebutir kelereng dan membuangnya”.
“Aku
alami, bahwa dengan mengawasi kelereng-kelereng itu menghilang, aku
lebih memfokuskan diri pada hal-hal yang betul-betul penting dalam
hidupku. Sungguh, tak ada yang lebih berharga daripada mengamati waktumu
di dunia ini menghilang dan berkurang, untuk menolongmu membenahi dan
meluruskan segala prioritas hidupmu”.
“Sekarang
aku ingin memberikan pesan terakhir sebelum kuputuskan teleponmu dan
mengajak keluar istriku tersayang untuk sarapan pagi. Pagi ini, kelereng
terakhirku telah kuambil, kukeluarkan dari kotaknya. Aku berfikir,
kalau aku sampai bertahan hingga Sabtu yang akan datang, maka Allah
telah meberi aku dengan sedikit waktu tambahan ekstra untuk kuhabiskan
dengan orang-orang yang kusayangi”.
“Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!”
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarum pun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
“Senang sekali bisa berbicara denganmu, Tom. Aku harap kau bisa melewatkan lebih banyak waktu dengan orang-orang yang kau kasihi, dan aku berharap suatu saat bisa berjumpa denganmu. Selamat pagi!”
Saat dia berhenti, begitu sunyi hening, jatuhnya satu jarum pun bisa terdengar! Untuk sejenak, bahkan moderator acara itupun membisu. Mungkin ia mau memberi para pendengarnya, kesempatan untuk memikirkan segalanya. Sebenarnya aku sudah merencanakan mau bekerja pagi itu, tetapi aku ganti acara, aku naik ke atas dan membangunkan istriku dengan sebuah kecupan.
“Ayo sayang, kuajak kau dan anak-anak ke luar, pergi sarapan.”
“Lho, ada apa ini…?” tanyanya tersenyum.
“Ah,
tidak ada apa-apa, tidak ada yang special,” jawabku, “Kan sudah cukup
lama kita tidak melewatkan hari Sabtu dengan anak-anak? Oh ya, nanti
kita berhenti juga di toko mainan ya? Aku butuh beli kelereng…”
Sobat Blog Hot Motivasi, kita tidak
tahu berapa banyak ‘kelereng’ yang kita miliki, tapi yang pasti… jumlah
kelereng itu akan selalu berkurang. Kapan terakhir kali kita mengecup
punggung tangan ibu kita sambil menyatakan rasa sayang padanya? Kapan
terakhir kali kita menyengaja kumpul bersama keluarga untuk berbagi
cerita? Seberapa seringkah kita saling tidak peduli dengan kabar
orangtua dan saudara-saudara? Bagaimana kalau jumlah ‘kelereng’ kita
masih banyak tapi justru jumlah ‘kelereng’ merekalah yang sudah hampir
habis?
Sob, yuk manfaatkan
waktu agar ‘kelereng’ yang tersisa tidak terbuang percuma, sedangkan
orang-orang yang kita kasihi membutuhkan perhatian kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar