Rabu, 27 Agustus 2014

Adinda, Siswi SMK Juara Riset se Asia Fasifik

Adinda mengharumkan nama Indonesia pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan.

Sempat Minder, Adinda Raih Emas pada Kompetisi Riset di Taiwan
Adinda Alifiansi Candra Dewi (18), pelajar SMK Theresiana Semarang yang meraih medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan, saat ditemui di sekolahnya, Selasa (26/8/2014) (Puji Utami/Kompas.com)
 Adinda Alifiansi Candra Dewi (18), siswi kelas 12 Jurusan Farmasi SMK Theresiana Semarang tak pernah menyangka penelitiannya berbuah medali emas di Taiwan. Mengaku sempat minder, Adinda akhirnya mampu mengharumkan nama Indonesia pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan. 

Penelitiannya berjudul "Kelor Seed as Water Cleanser" membuat Adinda menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang meraih emas di ajang itu. "Nggak pernah terpikir bisa dapat emas, karena yang lain penelitiannya juga keren-keren," kata dia saat ditemui di SMK Theresiana, Jalan Gajahmada, Semarang, Selasa (26/8).

Adinda menceritakan, penelitiannya berawal dari kegalauannya melihat sungai-sungai yang kotor di tengah Kota Semarang. Terlebih lagi, warga di sekitar sungai tersebut tidak bisa mendapatkan pasokan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Padahal air bersih merupakan kebutuhan utama masyarakat.

"Saya kan setiap berangkat dan pulang sekolah melewati sungai itu, selain itu juga banyak penelitian tentang biji kelor yang bisa menjernihkan air. Makanya saya coba," ujar dia.

Adinda kemudian melakukan penelitian tentang biji kelor tersebut dengan dibantu guru pembimbingnya Shierly Veronica Mayasari. Akhirnya lewat penelitian tersebut ia bisa meraih medali perak pada lomba penelitian belia tingkat Provinsi Jawa Tengah Oktober 2013 lalu.

Kemudian di tingkat nasional, Adinda meraih perunggu pada November tahun lalu. Ia mengatakan perjalanan penelitian ini juga terbilang panjang, kurang lebih sampai satu tahun. Ia juga sudah melakukan beberapa kali percobaan dengan air dari dua sungai berbeda dengan tingkat kekeruhan yang berbeda pula.

"Dari setiap tingkatan lomba itu ada evaluasi dan perbaikan, awalnya dengan dosis 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air dan waktu penjernihan hingga delapan jam, dan untuk yang ke Taiwan sudah dengan dosis tepat yakni 30 mg untuk satu liter air dengan waktu lebih efektif hanya satu jam, akhirnya malah dapat medali emas," kata dia.

Adinda menjelaskan, dengan biji kelor yang sudah menjadi bubuk itu bisa untuk menjernihkan air. Air yang sudah jernih bisa bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga. "Kalau untuk langsung diminum harus diteliti lagi di laboratorium, tapi ini sudah bisa untuk mencuci, mandi dan kebutuhan air bersih lain," ujar siswi kelahiran Semarang, 3 April 1996.

Berada di ajang internasional, bagi Adinda merupakan pengalaman berharga dan luar biasa. Dengan penelitiannya itu, ia juga bisa memperkenalkan biji kelor dengan nama latin moringa oleivera yang banyak ditemukan di Indonesia.

Saat presentasi, ia juga membawa contoh berupa biji kelor kering untuk diperlihatkan. Terdapat tujuh negara yang turut serta pada ajang tersebut, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Korea dan Guam.

"Bawa sedikit untuk contoh, dan ternyata yang banyak ditanyakan juga keberadaan kelor sendiri apakah banyak di Indonesia. Dan penelitian ini saya lakukan karena kelor banyak ditemukan di sekitar kita dan mudah tumbuh," tutur putri pertama pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari.

Sumber: http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/08/sempat-minder-adinda-raih-emas-pada-kompetisi-riset-di-taiwan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar