Selasa, 05 Agustus 2014

Weni, Anak Penjual Geblek Berhasil Kuliah Gratis di UGM

Weni Tri Arfiyanti (18) siswi asal Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, berhasil kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM). Dia berhasil lolos menerima bea siswa program Bidikmisi yakni program beasiswa untuk calon mahasiswa tidak mampu.

Weni anak bungsu tiga bersaudara itu tinggal di Desa Kajoran, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang. Dia diterima di jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.

"Rasanya kalau melihat kondisi keluarga, saya tidak terbayang akhirnya bisa kuliah. Apalagi tanpa harus membebani orang tua," kata Weni, Sabtu (26/7/2014).

Weni berasal dari keluarga kurang mampu. Ibunya Ny Liswidyawati (49), sehari-hari bekerja sebagai pembuat kue pesanan para tetangga. Jika sepi pesanan, ibunya berjualan geblek, makanan dari ketela yang digoreng dan gorengan di pasar desa yang berada di depan rumahnya. Sedangkan ayahnya, Bambang Suripno (51) adalah sopir pocokan atau sopir panggilan.

Penghasilan orangtua tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-harinya. Apalagi untuk membiayai kuliah. Dalam sebulan belum tentu mendapatkan panggilan untuk menyopir. Bahkan ayahnya pernah selama dua bulan menganggur.

Dia mengaku pada awalnya merasa ragu bisa mewujudkan impian untuk bisa kuliah. Sebab penghasilan ayahnya tidak mungkin mencukupi. Dua kakaknya yang sudah berkeluarga hanya mampu sekolah hingga SMA.

Tekad kuat untuk kuliah itu karena sejak SD hingga SMA 1 Magelang selalu masuk dalam rangking tiga besar di sekolah.
 
"Ayah saya juga pernah mengingatkan bila keluarga tidak akan pernah bisa menguliahkan anak-anaknya. Tapi saya terus semangat belajar dan berhasil di sekolah," katanya.

Namun Weni punya keyakinan dirinya bisa melanjutkan kuliah untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang jurnalis.

Saat ini Weni dan kedua orang tuanya tinggal di sebuah rumah sederhana milik neneknya. Sejak tahun 2005, mereka tinggal bersama untuk menunggui neneknya yang sudah berusia lanjut. Sebelumnya selama 21 tahun mereka hidup menumpang di rumah Mantri Kesehatan setempat.

"Dari lahir sampai sekarang masih tinggal menumpang di rumah orang lain," katanya.

Sementara itu Bambang mengungkapkan keinginan berkuliah putrinya itu sudah muncul sejak SMP. Walapun hidup dalam keadaan pas-pasan, tekad Weni untuk melanjutkan kuliah besar sekali.

"Saya tidak melarangnya, tapi selalu saya pesan kalau kuliah membutuhkan biaya besar dan bapak tidak mampu menyediakan uang sebanyak itu. Jadi kalau mau kuliah ya harus cari beasiswa," ungkap Bambang.

Bambang mengaku sekeluarga bahagia ketika Weni diterima kuliah gratis di UGM. Mereka tidak bisa berbuat banyak untuk Weni, kecuali memberikan dukungan doa untuk kesuksesannya.

"Dengan beasiswa ini semoga kebutuhan saat kuliah bisa tercukupi. Saat sekolah dulu Weni sering puasa, prihatin, karena kami tidak bisa memberikan uang saku hanya bisa kasih uang untuk naik bis ke sekolah saja," kata Bambang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar