Saya Elanda Fikri, saya dilahirkan di Cirebon, tepat pada tanggal 11
Maret 1989 (23 tahun lalu), saya anak tunggal dari pasangan Agus Saptaji
dan Nina Mulyana.
Saat ini saya adalah salah satu penerima Beasiswa
Unggulan program double degree/joint degree dari biro Perencanaan
dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan saat ini status saya adalah seorang
mahasiswa pasca sarjana program Doktor (S3) Ilmu Lingkungan di
Universitas Diponegoro.
Ini adalah dambaan dan cita-cita saya melanjutkan studi (S3), banyak
sekali hambatan/rintangan untuk mendapatkan beasiswa ini, tidak begitu
mudah sampai saat ini menjadi salah satu penerima Beasiswa Unggulan ini,
Beasiswa unggulan ini meng-cover semua biaya semester (semester I-VI) dan biaya research (penelitian). Beberapa hal yang perlu dipersiapkan adalah Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 3,5, tes uji kompetensi (psikotes), TOEFL (minimal 500), rancangan proposal disertasi dan yang terakhir adalah wawancara dengan Sekretaris dan Kaprodi pada Program Doktor Ilmu Lingkungan.
Ada sedikit pengalaman yang saya alami sebelum saya mendapatkan
beasiswa S3 ini, salah satunya adalah ketika saya diwisuda di program
magister (S2) Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro pada bulan Mei
2012, saya berkesempatan untuk mengikuti 3 seleksi sekaligus,
diantaranya adalah pertama, seleksi kerja di perusahaan migas Balikpapan
(Kalimantan Timur), kedua, seleksi kerja di salah satu Rumah Sakit di
Jawa Tengah, dan ketiga adalah seleksi Program Beasiswa Unggulan (S3).
Waktu yang ditunggupun tiba, yaitu sekitar bulan juli 2012,
pengumuman seleksi kerja di kedua tempat tersebut. Pada pengumuman
seleksi itu, alhamdulilah seleksi kerja di dua tempat tersebut diterima.
Disini saya mengalami dilema yang cukup menguras waktu, tenaga dan
pikiran.
Dengan masalah seperti ini, kucoba meminta saran pada kedua
orang tua untuk menenangkan pikiran saya. Ketika meminta saran kepada
kedua orang tua, bukannya titik cerah/solusi yang saya dapatkan, tetapi
kebingungan yang semakin menjadi. Karena orang tua saya berbeda pendapat
soal ini.
Disini diuji kedewasaan saya, antara menuruti pilihan seorang ibu,
atau seorang bapak. Akhirnya melalui pertimbangan dan doa, hati kecil
saya berkata untuk memilih bekerja di salah satu rumah sakit di Jawa
Tengah. Ini adalah pilihan saya, meskipun memang pilihan ini membuat
bapak kecewa. Sejujurnya saya mengambil keputusan ini bukan berarti
tanpa dasar dan asal-asalan, salah satu yang membuat saya bertahan dan
memilih ini juga adalah saya masih menunggu keputusan beasiswa Doktor
(S3) dari Kemendikbud di bulan September 2012.
Terus terang, saya
sendiri takut untuk memilih. Karena ini berkaitan dengan masa depan
saya. Ini adalah pilihan yang tidak bisa diulang lagi, tetapi dalam hati
kecil saya, saya sendiri sangat yakin kalau saya adalah salah satu yang
akan mendapatkan Beasiswa Unggulan (S3) dari Kemendikbud tersebut.
Dua bulan saya menunggu, pengumuman beasiswa itu belum juga ada, akhirnya saya mulai pesimis dengan pilihan yang saya ambil. Finally,
pada tanggal 3 September 2012, pengumuman beasiswa tersebut akhirnya
datang juga. Alhamdulilah, nama saya terpampang sebagai penerima
Beasiswa Unggulan program double degree/joint degree dari biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri, Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Saya bersyukur sekali dan merasa tidak sia-sia dengan apa yang
menjadi keyakinan dan pilihan saya. Jadi apapun pilihannya, pastinya
mengandung konsekuensi di dalamnya. Aktivitas saat ini saya adalah
seorang staf di salah satu rumah sakit di Jawa Tengah, mengajar di
universitas swasta di Semarang dan sebagai mahasiswa program doktor (S3)
Ilmu Lingkungan di Universitas Diponegoro (UNDIP). Perkuliahan dan
kegiatan belajar mengajar setiap minggunya dilaksanakan setiap hari
jumat dan sabtu. Di Program Doktor Ilmu Lingkungan UNDIP mahasiswa
dibebankan sebanyak 48 SKS dengan masa studi selama 3 tahun (6
semester).
Pada awal perkuliahan di awal bulan September 2012, saya mendapatkan
pengalaman yang cukup menarik dari Program Studi, disini kami diajak ke
proyek pembangunan jalan tol Semarang-Solo dan ke Danau Rawa Pening di
Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Disana kami diajarkan untuk
dekat dengan lingkungan dan bagaimana memunculkan perhatian dan solusi
untuk memecahkan masalah lingkungan.
Sampai saat ini,perkuliahan S3 saya berjalan seperti biasanya, dengan
metode tatap muka, presentasi, diskusi, sampai mencari solusi pada
isu-isu hangat yang berkaitan dengan lingkungan yang terjadi akhir-akhir
ini. Pada awal semester III nanti, kami berhak mengikuti program
sandwich ke Jepang/Australia yang tujuannya memperdalam keilmuan yang
berkaitan dengan topik disertasi.
Ini adalah pengalaman yang saya alami sampai saya mendapatkan
Beasiswa Unggulan dari Kemendikbud, mudah-mudahan pengalaman kecil ini
dapat menginspirasi para kaum muda di Indonesia untuk terus belajar
sampai setinggi-tingginya, jangan takut untuk bermimpi, segala
pilihan/keputusan mempunyai konsekuensi. Yakinlah jalan Tuhan ada
disetiap usaha, keyakinan dan doa yang dipanjatkan.
Terima kasih pada
Allah SWT, orang tua, dan Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri,
Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), pada umurku yang 23 tahun ini saya bisa menggapai angan
dan melanjutkan studi di program Doktor Ilmu Lingkungan (S3) Universitas
Diponegoro, ini adalah gerbang awal yang mengantarkan saya semakin
dekat pada jalan menuju cita-cita.
Untuk membaca kisah motivasi lainnya klik link berikut ini: hotmotivasi.blogspot.com
Untuk membaca kisah motivasi lainnya klik link berikut ini: hotmotivasi.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar