Sebenarnya simpel cara bedakan orang yang baik agamanya,
yang benar bacaan qur'annya, yang berefek ibadahnya, dengan yang
sekadar pencitraan atau topeng. Salah satu pembuktiannya bisa dilihat
dari sikap peduli.
Ngaku aja, kita emang sering banget kan dibikin keder dengan
topeng-topeng dan pencitraan? Berpikir bahwa yang disebut ustad/kiyai
pasti ilmu agamanya benar, yang berjilbab panjang sudah pasti pemahaman
agamanya mantab, yang lidahnya bolak-balik baca qur'an sudah pasti
shaleh/shalehah, yang bertitel haji sudah pasti akhlaknya mulia.
Jadi begitu pihak-pihak tersebut berbuat kesalahan, entah itu
berlidah tajam, tidak tepat janji, tidak amanah, berkata dusta, berbuat
curang, sekonyong-konyong kita langsung kecewa dan 'memaki',
serta-merta tidak percaya lagi pada atribut dan simbol-simbol agama.
Bahkan mengeneralisir semua orang yang menggunakan simbol tersebut
adalah munafik.
Padahal, memang kita duluan yang salah penilaian, terlalu
berekspektasi tinggi pada topeng dan pencitraan. Padahal (lagi), simbol
dan atribut memang tidak bisa membuktikan apa-apa, terlalu gampang
kalau bukti keimanan itu ditentukan oleh panjangnya jenggot, hijab,
atau kefasihan membaca quran saja. Lebih dari itu... Keimanan harus
bisa dibuktikan lewat akhlak, yang paling simpel yaa... Sikap peduli!
Jangan ngaku-ngaku beriman apalagi mencap diri generasi qur'ani kalau
nggak mau berbagi kursi untuk tua renta, ibu hamil, penyandang cacat,
dan ibu membawa balita di dalam kendaraan umum. Simpel kan?
Betul siih kita capek kalau berdiri, bener sih kita udah sama-sama
bayar tiketnya, emang sih kita ngantuk dan perjalanan masih jauh, tapi
dari hal kecil itu saja bisa kelihatan Sob... Apakah kita peduli atau
nggak, which means apakah kita beriman apa nggak. Soalnya... Ibu hamil,
manula, penyandang cacat dan pembawa anak balita itu jauh lebih berat
bebannya daripada kita Sob.
Lagian juga Allah kan sudah berjanji akan menolong siapapun yang mau
menolong sesama hamba-Nya, jadi... Kalau badan kita lebih kuat dan
sehat dari mereka, ayo doong berbagi kursi!
Terus... Jangan ngaku-ngaku muslim kalau hati nggak tergerak sama
sekali melihat penjajahan yang terjadi di tanah Palestina, dan masih aja
ngomong, "Bukan urusan gue!"
Emang sih Palestina jauh banget sedangkan di negeri sendiri masih
banyak dhuafa yang harus kita bantu, tapi mbok yaa tega banget bahkan
minimal menyumbang doa pun tidak?! Bahkan sekadar sharing info
Palestina pun ogah dan pura-pura nggak tahu masih ada penjajahan di muka
bumi?! Helloow... Jangan-jangan ada yang konslet di hati dan otak
kita?!!
Satu lagi... Jangan ngaku-ngaku punya iman, kalau perut kita kenyang
sementara tetangga sebelah rumah kelaparan. Badan kita berselimutkan
baju baru dan mahal, tapi kerabat kita yang lain masih pakai pakaian
lusuh dan compang-camping. Dan kita dengan sadisnya ngomong, "Makanya...
Usaha doong!!!"
Termasuk juga kepedulian pada lingkungan hidup Sob, apakah kita masih
suka buang sampah seenak udel, masih sering boros pemakaian air, masih
demen boros pemakaian pelastik, sedotan, tisu, dan barang-barang nggak
ramah lingkungan lainnya.
Jadi, memang benar peduli itu adalah salah satu bukti! Bukti bahwa kita beriman pada Allah dan juga hari akhir.
Lagipula... Peduli itu adalah bagian akhlak, dan Rasulullah Saw.
memang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Coba bayangin...
Selain dengan akhlak mulia, dengan apalagi coba... kita bisa menjadikan
Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam? Dengan saling tuding dan saling
ejek "Lo salah, gue bener!!" Terus gontok-gontokan cuma karena
perbedaan?
Peduli itu penting banget ditumbuhkan sejak dini dan nggak pakai
tapi! Mulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan dari sekarang,
Sob!
Kalau melihat paku atau peniti terjatuh di lantai, yaa silakan bantu singkirkan, supaya tak terinjak orang lain.
Kalau melihat cucian piring menumpuk, yaa jangan ragu-ragu bantu membersihkan!
Melihat orangtua kita letih sepulang kerja, ringan tangan lah memijitkan!
Ada teman yang terlihat membawa barang berat, mbok yaa dibantu jangan cuma ditonton!
Ada teman yang rumahnya searah, yaa silakan dibonceng (eit... Jangan jadi modus pedekate dengan lawan jenis!)
Ada kenalan yang kelihatan bete, silakan hibur dengan senyuman!
Mudah dan indah kan? Tapi percaya deh... Semudah dan sekecil apapun
bentuk kepedulian itu, akan memberi dampak besar untuk masa depan dunia
ini.
Sumber: http://annida-online.com/artikel-9269-peduli--bukti.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar