Sabtu, 26 Juli 2014

Peduli = Bukti

Sebenarnya simpel cara bedakan orang yang baik agamanya, yang benar bacaan qur'annya, yang berefek ibadahnya, dengan yang sekadar pencitraan atau topeng. Salah satu pembuktiannya bisa dilihat dari sikap peduli.
 
Ngaku aja, kita emang sering banget kan dibikin keder dengan topeng-topeng dan pencitraan? Berpikir bahwa yang disebut ustad/kiyai pasti ilmu agamanya benar, yang berjilbab panjang sudah pasti pemahaman agamanya mantab, yang lidahnya bolak-balik baca qur'an sudah pasti shaleh/shalehah, yang bertitel haji sudah pasti akhlaknya mulia.

Jadi begitu pihak-pihak tersebut berbuat kesalahan, entah itu berlidah tajam, tidak tepat janji, tidak amanah, berkata dusta, berbuat curang, sekonyong-konyong kita langsung kecewa dan 'memaki', serta-merta tidak percaya lagi pada atribut dan simbol-simbol agama. Bahkan mengeneralisir semua orang yang menggunakan simbol tersebut adalah munafik.

Padahal, memang kita duluan yang salah penilaian, terlalu berekspektasi tinggi pada topeng dan pencitraan. Padahal (lagi), simbol dan atribut memang tidak bisa membuktikan apa-apa, terlalu gampang kalau bukti keimanan itu ditentukan oleh panjangnya jenggot, hijab, atau kefasihan membaca quran saja. Lebih dari itu... Keimanan harus bisa dibuktikan lewat akhlak, yang paling simpel yaa... Sikap peduli!

Jangan ngaku-ngaku beriman apalagi mencap diri generasi qur'ani kalau nggak mau berbagi kursi untuk tua renta, ibu hamil, penyandang cacat, dan ibu membawa balita di dalam kendaraan umum. Simpel kan?

Betul siih kita capek kalau berdiri, bener sih kita udah sama-sama bayar tiketnya, emang sih kita ngantuk dan perjalanan masih jauh, tapi dari hal kecil itu saja bisa kelihatan Sob... Apakah kita peduli atau nggak, which means apakah kita beriman apa nggak. Soalnya... Ibu hamil, manula, penyandang cacat dan pembawa anak balita itu jauh lebih berat bebannya daripada kita Sob.

Lagian juga Allah kan sudah berjanji akan menolong siapapun yang mau menolong sesama hamba-Nya, jadi... Kalau badan kita lebih kuat dan sehat dari mereka, ayo doong berbagi kursi!

Terus... Jangan ngaku-ngaku muslim kalau hati nggak tergerak sama sekali melihat penjajahan yang terjadi di tanah Palestina, dan masih aja ngomong, "Bukan urusan gue!"

Emang sih Palestina jauh banget sedangkan di negeri sendiri masih banyak dhuafa yang harus kita bantu, tapi mbok yaa tega banget bahkan minimal menyumbang doa pun tidak?!  Bahkan sekadar sharing info Palestina pun ogah dan pura-pura nggak tahu masih ada penjajahan di muka bumi?! Helloow... Jangan-jangan ada yang konslet di hati dan otak kita?!!

Satu lagi... Jangan ngaku-ngaku punya iman, kalau perut kita kenyang sementara tetangga sebelah rumah kelaparan. Badan kita berselimutkan baju baru dan mahal, tapi kerabat kita yang lain masih pakai pakaian lusuh dan compang-camping. Dan kita dengan sadisnya ngomong, "Makanya... Usaha doong!!!"

Termasuk juga kepedulian pada lingkungan hidup Sob, apakah kita masih suka buang sampah seenak udel, masih sering boros pemakaian air, masih demen boros pemakaian pelastik, sedotan, tisu, dan barang-barang nggak ramah lingkungan lainnya.

Jadi, memang benar peduli itu adalah salah satu bukti! Bukti bahwa kita beriman pada Allah dan juga hari akhir.

Lagipula... Peduli itu adalah bagian akhlak, dan Rasulullah Saw. memang diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia. Coba bayangin... Selain dengan akhlak mulia, dengan apalagi coba... kita bisa menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam? Dengan saling tuding dan saling ejek "Lo salah, gue bener!!" Terus gontok-gontokan cuma karena perbedaan?

Peduli itu penting banget ditumbuhkan sejak dini dan nggak pakai tapi! Mulai dari diri sendiri, dari hal-hal kecil, dan dari sekarang, Sob!

Kalau melihat paku atau peniti terjatuh di lantai, yaa silakan bantu singkirkan, supaya tak terinjak orang lain.

Kalau melihat cucian piring menumpuk, yaa jangan ragu-ragu bantu membersihkan!

Melihat orangtua kita letih sepulang kerja, ringan tangan lah memijitkan!

Ada teman yang terlihat membawa barang berat, mbok yaa dibantu jangan cuma ditonton!

Ada teman yang rumahnya searah, yaa silakan dibonceng (eit... Jangan jadi modus pedekate dengan lawan jenis!)

Ada kenalan yang kelihatan bete, silakan hibur dengan senyuman!

Mudah dan indah kan? Tapi percaya deh... Semudah dan sekecil apapun bentuk kepedulian itu, akan memberi dampak besar untuk masa depan dunia ini.

Selamat peduli!
***

Syamsa Hawa
Sumber: http://annida-online.com/artikel-9269-peduli--bukti.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar