Minggu, 02 Maret 2014

Surachman, Pelari Maraton 100 KM Tertua Kebanggaan Indonesia

Surachman (63), pensiunan Kementerian Pertahanan (Kemenhan) ini memang sudah berusia senja. Namun siapa nyana, pada pekan lalu purnawirawan TNI ini berhasil mencapai finis lomba lari maraton 100 km di Malaysia pada 15 Februari 2014 lalu. Dia menjadi peserta satu-satunya dari Indonesia dan peserta tertua.

TITI 100KM Road Ultra Marathon 2014, itu event terakhir yang diikuti Surachman pada akhir pekan lalu Sabtu-Minggu (15-16/2/2014) di Hulu Langat, Kuala Lumpur.

"Memang road ultra marathon sih, medannya jalan, jalannya mulus tapi menanjak sampai bukit dengan ketinggian 1.600 di atas permukaan laut. Lombanya start pukul 16.00 dan sampai keesokan harinya pukul 10.00, 18 jam, tapi saya bisa selesaikan 12,5 jam," kata Surachman saat berbincang dengan detikcom, Jumat (21/2/2014).

Kondisi medan selain berbukit, di kanan-kiri hutan lebat, dan bila malam sangat gelap tak ada penerangan jalan. Suhu yang ekstrem, 38 derajat Celcius bila siang dan sangat drop bila malam juga menjadi tantangan.

"Apalagi ini 100 kilometer. Saya berlari sambil membawa beban, ada ransel, veldples (tempat minum tentara) 4, makanan-makanan saya bawa sendiri. Pos minumnya ada setiap 10 km, kalau kehausan kan nggak ada warung," kata Surachman yang menjadi purnawirawan pada 2007 ini sambil terkekeh.

Medan yang gelap juga membuat para peserta harus membawa perlengkapan khusus, seperti senter kepala, kaos dan sepatu yang berfosfor hingga menyala dalam gelap. Hasilnya, Surachman bisa mencapai finis dalam waktu 12,5 jam, memotong waktu 5,5 jam, dari 18 jam waktu lomba yang ditargetkan. Bersyukurnya lagi, dia berhasil mencapai finis tanpa ada masalah fisik seperti pegal-pegal atau malah kram.

"Saya dapat 3 piala lho, saya bangga saja," tutur pria lulusan Akabri tahun 1973 yang seangkatan dengan Presiden SBY, Menkopolhukam Djoko Suyanto dan mantan Kapolri Jenderal Sutanto ini

3 Piala itu adalah: Pertama, piala Finisher, untuk semua peserta yang berhasil menyelesaikan finis. Kedua, piala Senior Finisher, untuk peserta berusia 60 ke atas yang berhasil finis. Dan ketiga, Gold Finisher.  

 "Gold Finisher itu yang terbaik, cuma saya yang dapat. Saya menjadi orang Indonesia pertama yang ikut lomba lari maraton 100 Km di luar negeri. Ada 4 orang yang berusia 60 ke atas yang ikut, 2 mundur, satu lagi umur 61, jadi saya yang tertua," tuturnya yang buru-buru menambahkan tanpa bermaksud tinggi hati.
  
Jumlah peserta TITI 100KM Road Ultra Marathon 2014 ada 152 orang, mayoritas berasal dari Malaysia, beberapa dari Singapura, dan masing-masing satu dari Indonesia, Myanmar, India dan Portugis. Surachman satu-satunya peserta dari Indonesia.

Hingga saat ini, Surachman sudah mengumpulkan 68 medali dan penghargaan dari lari maraton, termasuk dari Menpora dan Menparekraf. Surachman kemudian memaparkan bahwa syarat untuk mengikuti lomba lari maraton 100 km adalah beberapa kali mengikuti lomba full marathon sejauh 42,195 km, dan pernah berlari malam.

"Kalau nggak pernah lari malam nggak bisa. Nonton wayang kulit saja ngantuk apalagi lari," tutur pria kelahiran 27 Mei 1950 ini.

Dia mengaku memang sudah pernah mengikuti berbagai macam lomba lari maraton baik di Indonesia, juga di luar negeri. Dia juga pernah mengikuti vertical running di gedung bertingkat 103 di Taiwan.

Sehari-hari, Surachman berlatih berlari tiap 2 hari sekali, sejauh 50 km dengan waktu 7 jam. "Saya biasanya berangkat pukul 03.00 WIB atau pukul 04.00 WIB sebelum subuh. Dan baru balik siang," kata Surachman yang biasa berlatih di lapangan Brigif 15 Cimahi

Mengenai makanan, Surachman mengaku tak ada pantangan makanan tertentu. Dia makan atau minum sesuai kebiasaan saja.

"Nggak ada pantangan makanan. Kalau biasa makan telur sebelum lari, ya itu jangan diubah. Jangan biasanya makan terus nggak makan. Saya kalau lari nggak biasa makan ya nggak apa-apa tuh, nggak pernah makan pagi. Ya kebiasannya apa itu aja. Mengubah kebiasaan itu perlu waktu panjang. Kalau biasa makan daun singkong ya daun singkong aja, kalau biasa makan tempe ya makan tempe aja," kata ayah dari 3 anak yang tinggal di Bandung, Jawa Barat ini.

Surachman juga menempelkan poster orang berlari dengan kalimat-kalimat penyemangat dan positif di dinding rumahnya agar selalu semangat berlari. Bunyi kalimat-kalimat itu seperti "Usia Veteran Tapi Prestasi Elit", "Biar Tua Masih Kuat", "Kalau Bisa Cepat Kenapa Harus Lambat", "Tak Ada Manusia Hebat, yang Ada Orang Terlatih", dan "Usia Boleh Tua Tapi Semangat Tetap Muda".

"Ini pengingat saya supaya orang nggak sombong," tuturnya.

Mengikuti lomba maraton di Indonesia dan beberapa kali di luar negeri, tentu membutuhkan biaya yang tak sedikit. Ketika ditanya hal ini, Surachman bersyukur selama ini selalu dibantu dari keluarga dan teman-temannya secara materi dan mental.

Satu lagi Resep rahasia Surachman dalam berlari maraton, Apa sih rahasianya?

"Banyak orang-orang tanya, resep saya apa? Saya bilang,  resep rahasia saya ada di pinggang saya ini. Saya keluarkan, lho kok warnanya merah dan putih? Iya ini andalan saya, bendera Merah Putih, saya berlari untuk ini maka tak akan merasa capek. Kemarin saya kibarkan 200 meter menjelang garis finis, banyak yang foto, berteriak dan tepuk tangan 'Indon Indon'," tutup Surachman.

Sumber: http://news.detik.com/read/2014/02/21/204031/2505289/608/1/surachman-pelari-maraton-100-k-tertua-dan-jimatnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar